NAMA
: WAHID HASYIM
NIM
: 1503056099 / PM 1-C
MAKUL
: ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Fitrah Manusia dan kemampuan free will dan free act
Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaan pada semua anggota
tubuhnya dan memiliki akal. Atas segala kelebihannya tesebut manusia diberikan
percikan sifat-sifat kesempurnaan Ilahi yang lebih akrab disebut “Asma’ul
husna” yang jumlahnya 99 itu. Sehingga memungkinkan manusia hidup dengan
berbagai kemampuan dan kewenangan sesuai dengan Asma’ul Husna dalam
batas-batas kemakhlukannya.
Tujuan utama penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada
Allah. Yang dimaksud beribadah disini memiliki arti yang luas yakni meliputi
segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas karena Allah, tujuannnya hanya
keridlaan Allah pada amal salehnya.
Manusia dicipta untuk berperan sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini
(khalifatullah fil’Ard). Karena Allah Zat yang menguasai dan memelihara
malam semesta, maka tugas utama manusia sebagai wakil Tuhan ialah menata dan
memelihara serta melestarikan dan meggunakan alam sebaik-baiknya untuk
kesejahteraan hidupnya.
Manusia diciptakan untuk membentuk masyarakat manusia yang saling
kenal-mengenal, hormat-menghormati, dan tolong menolong satu sama lain, dalam
rangka menunaikan tugas kekhalifahannya. Dengan bekerja sama manusia dapat
meningkatkan peradaban umatnya, dan bisa meningkatkan daya guna alam dan isinya
yang memang sudah disediakan oleh Allah bagi kehidupan umat manusia itu
sendiri.
Agar manusia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Allah
memberikan anugrah yang sangat tinggi kepada manusia yaitu nilai “kebebasan dan
hidayah Allah” yang sesungguhnya menyatu dengan fitrah manusia. Dengan
diberikannya kebebasan manusia akan memiliki dinamika, daya adaptasi terhadap
lingkungan dan kreatifitas hidupnya sehingga kehidupan manusia dan lingkungan
hidupnya lebih bervariasi, beraneka ragam dan indah. Dengan kebebasan manusia
mampu memilih yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
Pada hakekatnya kehidupan manusia ini didasarkan atas asumsi adanya kebebasan
berkehendak. Kesadaran kita terhadap kewajiban moral, kesepakatan dan
ketidaksepakatan terhadap perbuatan-perbuatan orang lain, sistem-sistem hukum
kita, aturan—aturan kita, ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman, seluruhnya
didasarkan atas atas kebebasan berkehendak ini.
Prinsip kebebasan dalam islam erat sekali hubungannya dengan
keadilan. Setiap perbuatan maunusia baik atau buruk dan sekecil apapun itu
pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dengan adanya kebebasan ini,
tanggung jawab manusia semakin jelas karena semua perbuatan didasarkan atas
pilihan sendiri. Semakin luas kebebasan seseorang maka akan semakin semakin
berat tanggung jawabnya. Kebebasan menerut pandangn islam bersifat asasi karena
memang merupakan fitrah dan hak asasi manusia. Allah melarang kita merampas hak
kebebasan orang lain dan sebaliknya kita harus menghormati kebebasan orang
lain. kebebasan dibatasi oleh diri sendiri dan atas adanya tanggung jawab.
tanggung jawab adalah pengawal kebebasan, pagar yang melindungi dari
penyelewengan ke arah berlebih –lebihan anarki, pelanggaran terhadap orang
lain, dan juga penyelewengan ke arah merendahkan nilai.
Allah memberikan akal bagi
manusia sebagai penyermpurna kebebasannya, kalau hanya kebebasan yang diberikan
kepada manusia sulit dibayangkan bagaimana manuisan dapat menentukan pilihan
yang tepat. Memilih sesuatupasti memerlukan pertimbangan dan berarti
menggunakan penalaran atau akal. Akal dapat mempertimbangkan sesuatu
setelah sesuatu itu direkam lewat indera
pendengaran dan pengelihatan. Karena pendengaran dan pengelihatan hanya mampu menangkap sesuatu yang empirik,
maka keampuhan akalpun hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik.
Sedang untuk mengetahui hal yang ghaib diperlukan petunjuk khusus, yakni wahyu
Allah ( agama).
Namun betapa terbatasnya, akal merupakan perlengkapan manusia dan
merupakan hidayah yang paling tinggi disamping agama, yang akan mengangkat
manusia kederajat yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi daripada malaikat.
Dengan akal pintu segala ilmu
pengetahuan terbuka lebar, dan dengan ilmu berbagai masalah hidup dan kehidupan
terpecahkan.
Allah telah memberikan hidayahnya dalam beberapa macam yakni
instink, indera, akal, dan
agama.Allah juga telah menganugerahkan pada manuisa potensi atau sumber insani
berupa panca indera (telinga dan mata dll), fu’ad (hati nurani, akal pikiran).
Dengan hidayah-hidayah tersebut tentunya manusia dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan optimal.
Berdasarkan uraian tentang fitrah manusia yang ditinjaubdari
hakekat wujudnya, tujuan penciptaan dan sumber daya insani, tergambarlah secara
jelas bagaimana citra manusia dalam pandangan islam:
(1)
berwawasan
optimistik tentang manusia dan menolak sama sekali pesimistik dari sementara
filosuf eksistensialis yang menganggap manusia sebagai makhluk yang terdampar
dan terlantar dalam hidup dan bertanggung jawab sendiri sepenuhnya atas
eksistensinya. (2) Perwujudan hidup manusia bukan sekedar trial and error belaka
tetapi sudah memiliki arah dan tujuan yang jelas dan yang telah digariskan oleh
tuhan yang Maha Bijaksana. Dan untuk mencapainya manusia telah diberi pedoman
serat kemampuan, yakni agama dan akal. (3) Manusia dikaruniai kebebasan
berkehendak, berbuat dan sekaligus bertanggung jawab atas kebebasanya dalam
arti yang seluas-luasnya, baik terhadap diri sendiri, lingkungannya, maupun
terhadap Tuhan.
Citra manusia sebagai makhluk yang paling mulia terletak
padaseberapa jauh ia mampu mempertanggungjawabkan penggunaan kebebasannya itu.
Karena itu tugas manusia, meminjam iqbal adalah melaksanankan dan mewujudkan
kepercayaan Allah dengan jalan memanfaatkan karuniaNya yang berupa kebebasan
tersebut, secara bijaksana dan konstruktif.
Kebebasan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tanpa adanya kebebasan manusia akan hidup tanpa arti. Dengan adanya kebebasan
ini manusia dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengatahua dan sebagainya dengan cara
pemikiran-pemikran pemikiranya dan dengan penelitian-penelitiannya. Ada tiga
perkara utama dalam percarian atau pemikiran untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan yakni ontologi (apa yang ada), Epistemologi (tentang
bagaimana kita mengetahui), dan axiologi (nilai/hasil pemikiran). Dengan
kebebasanya manusia mengembangkan Ilmu pengetahuan dengan mengetahui apa yang
ada terlebih dahulu (ontologi), dari hal-hal yang ada tersebut munculan
pertanyaan-pertanyaan kenapa ini bisa begini?,apa yang menyebabkannya?,
bagaimana kok bisa begini? Dan banyak pertanyaan yang lain. untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut maka manusia harus memanfaatkan kebebasannya
dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir atau menganalisi hal-hal yang
tersebut untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru, proses inilah yang disebut Epistemologi.
Setelah proses-proses tersebut ditemukanlah jawaban-jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru (axiologi).
Demikaianlah anugerah dan hidayah Allah yang telah diberikan pada
manusia dalam Fitrah Manusia dan kemampuan free will dan free act nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar