Sabtu, 09 April 2016

Fitrah manusia dan kemampuan free will and free act

NAMA           : WAHID HASYIM
NIM                : 1503056099 / PM 1-C
MAKUL        : ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Fitrah Manusia dan kemampuan free will dan free act
Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaan pada semua anggota tubuhnya dan memiliki akal. Atas segala kelebihannya tesebut manusia diberikan percikan sifat-sifat kesempurnaan Ilahi yang lebih akrab disebut “Asma’ul husna” yang jumlahnya 99 itu. Sehingga memungkinkan manusia hidup dengan berbagai kemampuan dan kewenangan sesuai dengan Asma’ul Husna dalam batas-batas kemakhlukannya.
Tujuan utama penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada Allah. Yang dimaksud beribadah disini memiliki arti yang luas yakni meliputi segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas karena Allah, tujuannnya hanya keridlaan Allah pada amal salehnya.
Manusia dicipta untuk berperan sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini (khalifatullah fil’Ard). Karena Allah Zat yang menguasai dan memelihara malam semesta, maka tugas utama manusia sebagai wakil Tuhan ialah menata dan memelihara serta melestarikan dan meggunakan alam sebaik-baiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
Manusia diciptakan untuk membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-mengenal, hormat-menghormati, dan tolong menolong satu sama lain, dalam rangka menunaikan tugas kekhalifahannya. Dengan bekerja sama manusia dapat meningkatkan peradaban umatnya, dan bisa meningkatkan daya guna alam dan isinya yang memang sudah disediakan oleh Allah bagi kehidupan umat manusia itu sendiri.
Agar manusia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Allah memberikan anugrah yang sangat tinggi kepada manusia yaitu nilai “kebebasan dan hidayah Allah” yang sesungguhnya menyatu dengan fitrah manusia. Dengan diberikannya kebebasan manusia akan memiliki dinamika, daya adaptasi terhadap lingkungan dan kreatifitas hidupnya sehingga kehidupan manusia dan lingkungan hidupnya lebih bervariasi, beraneka ragam dan indah. Dengan kebebasan manusia mampu memilih yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Pada hakekatnya kehidupan manusia ini didasarkan atas asumsi adanya kebebasan berkehendak. Kesadaran kita terhadap kewajiban moral, kesepakatan dan ketidaksepakatan terhadap perbuatan-perbuatan orang lain, sistem-sistem hukum kita, aturan—aturan kita, ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman, seluruhnya didasarkan atas atas kebebasan berkehendak ini.
Prinsip kebebasan dalam islam erat sekali hubungannya dengan keadilan. Setiap perbuatan maunusia baik atau buruk dan sekecil apapun itu pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dengan adanya kebebasan ini, tanggung jawab manusia semakin jelas karena semua perbuatan didasarkan atas pilihan sendiri. Semakin luas kebebasan seseorang maka akan semakin semakin berat tanggung jawabnya. Kebebasan menerut pandangn islam bersifat asasi karena memang merupakan fitrah dan hak asasi manusia. Allah melarang kita merampas hak kebebasan orang lain dan sebaliknya kita harus menghormati kebebasan orang lain. kebebasan dibatasi oleh diri sendiri dan atas adanya tanggung jawab. tanggung jawab adalah pengawal kebebasan, pagar yang melindungi dari penyelewengan ke arah berlebih –lebihan anarki, pelanggaran terhadap orang lain, dan juga penyelewengan ke arah merendahkan nilai.
 Allah memberikan akal bagi manusia sebagai penyermpurna kebebasannya, kalau hanya kebebasan yang diberikan kepada manusia sulit dibayangkan bagaimana manuisan dapat menentukan pilihan yang tepat. Memilih sesuatupasti memerlukan pertimbangan dan berarti menggunakan penalaran atau akal. Akal dapat mempertimbangkan sesuatu setelah  sesuatu itu direkam lewat indera pendengaran dan pengelihatan. Karena pendengaran dan pengelihatan  hanya mampu menangkap sesuatu yang empirik, maka keampuhan akalpun hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik. Sedang untuk mengetahui hal yang ghaib diperlukan petunjuk khusus, yakni wahyu Allah ( agama).
Namun betapa terbatasnya, akal merupakan perlengkapan manusia dan merupakan hidayah yang paling tinggi disamping agama, yang akan mengangkat manusia kederajat yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi daripada malaikat. Dengan  akal pintu segala ilmu pengetahuan terbuka lebar, dan dengan ilmu berbagai masalah hidup dan kehidupan terpecahkan.
Allah telah memberikan hidayahnya dalam beberapa macam yakni instink, indera,          akal, dan agama.Allah juga telah menganugerahkan pada manuisa potensi atau sumber insani berupa panca indera (telinga dan mata dll), fu’ad (hati nurani, akal pikiran). Dengan hidayah-hidayah tersebut tentunya manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan optimal.
Berdasarkan uraian tentang fitrah manusia yang ditinjaubdari hakekat wujudnya, tujuan penciptaan dan sumber daya insani, tergambarlah secara jelas bagaimana citra manusia dalam pandangan islam:
(1) berwawasan optimistik tentang manusia dan menolak sama sekali pesimistik dari sementara filosuf eksistensialis yang menganggap manusia sebagai makhluk yang terdampar dan terlantar dalam hidup dan bertanggung jawab sendiri sepenuhnya atas eksistensinya. (2) Perwujudan hidup manusia bukan sekedar trial and error belaka tetapi sudah memiliki arah dan tujuan yang jelas dan yang telah digariskan oleh tuhan yang Maha Bijaksana. Dan untuk mencapainya manusia telah diberi pedoman serat kemampuan, yakni agama dan akal. (3) Manusia dikaruniai kebebasan berkehendak, berbuat dan sekaligus bertanggung jawab atas kebebasanya dalam arti yang seluas-luasnya, baik terhadap diri sendiri, lingkungannya, maupun terhadap Tuhan.
Citra manusia sebagai makhluk yang paling mulia terletak padaseberapa jauh ia mampu mempertanggungjawabkan penggunaan kebebasannya itu. Karena itu tugas manusia, meminjam iqbal adalah melaksanankan dan mewujudkan kepercayaan Allah dengan jalan memanfaatkan karuniaNya yang berupa kebebasan tersebut, secara bijaksana dan konstruktif.
Kebebasan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kebebasan manusia akan hidup tanpa arti. Dengan adanya kebebasan ini manusia dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengatahua dan sebagainya dengan cara pemikiran-pemikran pemikiranya dan dengan penelitian-penelitiannya. Ada tiga perkara utama dalam percarian atau pemikiran untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yakni ontologi (apa yang ada), Epistemologi (tentang bagaimana kita mengetahui), dan axiologi (nilai/hasil pemikiran). Dengan kebebasanya manusia mengembangkan Ilmu pengetahuan dengan mengetahui apa yang ada terlebih dahulu (ontologi), dari hal-hal yang ada tersebut munculan pertanyaan-pertanyaan kenapa ini bisa begini?,apa yang menyebabkannya?, bagaimana kok bisa begini? Dan banyak pertanyaan yang lain. untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka manusia harus memanfaatkan kebebasannya dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir atau menganalisi hal-hal yang tersebut untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru, proses inilah yang disebut Epistemologi. Setelah proses-proses tersebut ditemukanlah jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru (axiologi).

Demikaianlah anugerah dan hidayah Allah yang telah diberikan pada manusia dalam Fitrah Manusia dan kemampuan free will dan free act nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar