BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, kita sering menilai
sesuatu yang aneh bagi kita sebagai sesuatu yang mustahil, karena akal manusia
itu terbatas dan selalu terpaku pada hukum-hukum alam yang bisa diketahui dan
di nalar oleh akal manusia.Sehingga kita sering menolak sesuatu yang tidak bisa
kita nalar dan yang bertentangan dengan hukum alam.Itulah yang disebut
mu’jizat.Padahal, sebenarnya mu’jizat itu merupakan sesuatu yang bersifat supra
rasional.
Mu’jizat yang diberikan Allah Swt.
kepada para nabi dan rasul-Nya sebelum Nabi Muhammad Saw.dapat dikatakan hanya
tinggal kenangan sejarah yang terukir dari mulut ke mulut dan tertulis dalam
berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Tetapi, mu’jizat terbesar yang Allah
berikan kepada Nabi Muhammad Saw., yakni Al-Qur’an.[1]
Karena Al-Qur’an adalah berlaku sepanjang masa dan tidak bisa ditandingi dengan
kitab-kitab lain. Jadi, manusia wajib mengimani Al-Qur’an, karena Al-Qur’an
termasuk salah satu rukun iman yaitu nomor 3 (iman kepada kitab-kitab Allah)
adalah wajib untuk meyakini dengan sepenuh hati.
Maka dari itu, Al-Qur’an tidak
henti-hentinya dikaji dan di teliti.Salah satu kajiannya adalah ilmu tentang
I’jaz Al-Qur’an yang digunakan sebagai penafsiran dalam Al-Qur’an. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai pengertian I’jaz mu’jizat, tujuan I’jaz
Al-Qur’an, macam-macam I’jaz Al-Qur’an serta segi-segi I’jaz Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz dan mu’jizat?
2. Apa tujuan I’jaz Al-Qur’an?
3. Apa macam-macam I’jaz Al-Qur’an?
4. Apa segi-segi I’jaz Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian I’jaz dan Mu’jizat
Al-mu’jizat (معجزة) adalah bentuk kata
mu’annats dari kata mudzakkar al-mu’jiz (معجز). Al-mu’jiz adalah isim
fa’il (nama atau sebutan untuk pelaku) dari kata kerja (fi’il) a’jaza (أعجز). Kata ini terambil
dari akar kata ‘ajaza-yu’jizu-ajzan-wa u’juzan-wa ma’jizan- wa ma’jizan atau
ma’jizatan, yang secara harfiah antara lain berarti lemah, tidak mampu, tidak
berdaya, tidak sanggup, tidak dapat (tidak bisa), dan tidak kuasa. Dalam
Al-Qur’an, kata ‘ajaza dalam berbagai bentuk (derivasinya) terulang sebanyak 26
kali dalam 21 surat dan 25 ayat.[2]
Dalam pada itu, istilah mu’jiz atau mu’jizat
lazim diartikan dengan al-‘ajib, maksudnya sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau
mengherankan) karena orang atau tidak pihak lain tidak ada yang sanggup
menandingi atau menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan amrun
khoriqun lil-‘aadah, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.[3]
Sedangkan menurut Manna al-Qattan,
I’jaz (kemu’jizatan)
adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum adalah ketidak
mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan,
sanggup, atau kuasa). Apabila kemu’jizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu
yang melemahkan). Yang
dimaksud dengan i’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran nabi
dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang
Arab dalam melawan mu’jizat yang kekal yakni al-Quran dan orang-orang sesudah
mereka.[4]
Mu’jizat adalah sesuatu yang
bernilai sangat tinggi dan bisa mengungguli seluruh masalah yang berkembang, di
samping kedatangannya mu’jizat memang sedang dinanti oleh kaum. Mu’jizat
itu hanya diberikan oleh Allah kepada para Nabi atau Rasul Allah untuk
menumbangkan kepercayaan manusia yang telah mempertuhankan selain Allah Swt.
Jadi I'jaz al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas
kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur'an, hingga dapat mengalahkan
ahli-ahli bahasa Arab dan ahli-ahli lain.[5]
B.
Tujuan I’jaz Al-Qur’an
Dari
pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan i’jaz
Al-Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu[6]:
1.
Membuktikan kerasulan Nabi Muhammad Saw
Untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw
yang membawa mu’jizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi dan
Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah Swt. kepada
umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-Qur’an
kepada mereka yang ingkar.
2.
Membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur’an
benar-benar merupakan wahyu dari Allah Swt
Untuk membuktikan bahwa kitab Al-Qur’an itu
adalah benar-benar wahyu Allah Swt, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan
tulisan Nabi Muhammad Saw.Sebab pada kenyataannya mereka tidak bisa membuat
tandingan seperti Al-Qur’an sehingga jelaslah bahwa Al-Qur’an itu bukan buatan
manusia.
3.
Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan
balaghah bahasa manusia
Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan
balaghahnya bahasa manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan
seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama
seperti Al-Qur’an, yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat
dan bagian Al-Qur’an.
4.
Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa
umat manusia
Untuk menunjukkan kelemahan daya upaya dan
rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan
kesombongannya.Mereka ingkar tidak mau beriman dan sombong tidak mau menerima
kitab suci itu.
C.
Macam-macam I’jaz Al-Qur’an
Dalam kitab Tafsir al-Mizan, menyatakan bahwa
sekurang-kurangnya ada tujuh I’jaz Al-Qur’an:
1. I’jazul ‘ilmi
Al-Qur’an
mempunyai suatu ilmu pengetahuan didalamnya.Di dalam Al-Qur’an, Allah mengumpulkan
beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan.Semuanya itu
menimbulkan rasa takjub.Beginilah i’jaz Al-Qur’an ilmi itu betul-betul mendorong
kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu ilmu
pengetahuan.Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang
ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya
sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Yunus ayat 5
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah:
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah:
فَمَنۡ يُّرِدِ
اللّٰهُ اَنۡ يَّهۡدِيَهٗيَشۡرَحۡصَدۡرَهٗلِلۡاِسۡلَامِۚ وَمَنۡ يُّرِدۡ اَنۡ يُّضِلَّهٗيَجۡعَلۡصَدۡرَهٗ
ضَيِّقًاحَرَجًاكَاَنَّمَايَصَّعَّدُ
فِى السَّمَآءِؕكَذٰلِكَيَجۡعَلُاللّٰهُالرِّجۡسَعَلَىالَّذِيۡنَلَايُؤۡمِنُوۡنَ
”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan
memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk
(memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang
mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125)
Perbedaan sidik jari manusia,
sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT:
”Bukan demikian, sebenarnya Kami
berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna.”(QS. Al-Qiyamah: 4)
Aroma manusia berbeda-beda,
sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94 ’’Masa penyusunan yang sempurna’’. Sebagaimana diisyaratkan dalam
firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 233 ’’Adanya nurani (superego) dan bawah
sadar manusia’’ sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah
surat Al-Qiyamah ayat 14-15.
Demikianlah petunjuk-petunjuk
ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan
hidayah Allah.Oleh sebab itu orang harus mempergunakan akalnya untuk membahas
dan memikirkannya.Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firmanAllah yang berbunyi:
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ
بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ
مِنْ ظُهُورِهَا
وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.”(QS. Al-Baqoroh: 189)[7]
2. I’jaz kepribadian Nabi SAW
Kenapa
kepribadian nabi dikatakan I’jaz?Pertama, Nabi SAW didefinisikan oleh Al-Qur’an
bahwa Nabi itu manusia yang tidak bisa membaca dan menulis. Allah SWT ingin
tunjukkan kepada setiap manusia bahwa Al-Qur’an adalah suatu I’jaz dari nabi
yang ummi ini, agar tidak menuduh nabi sebagai sihir,dan sebagainya. Allah berfirman[8]:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ
الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ
الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ
وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ
أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Orang-orang yang mengikut Rasul (yang
merupakan) Nabi yang ummi (tidak bisa membaca, menulis, dan menggunakan ilmu
hisab) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada
di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan hal-hal yang ma’ruf dan
melarang mereka dari hal-hal yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) adalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-A’raf: 157)
3. I’jaz Ghaib
Al-Qur’an membawa berita
ghaib. Ghaib di sini ada 4 yaitu:
a) Ghaib berita-berita zaman dahulu yang
menceritakan tetang waktu terdahulu.
b) Ghaib tetang masa datang, ghaib adalah
sesuatu yang tidak bisa dilihat atau diketahui oleh manusia.
c) Ghaib tetang kenyataan-kenyataan ilmiah yang
baru diketahui kebenarannya ribuan tahun setelah Al-Qur’an diturunkan.
d) Ghaib tetang kejadian-kejadian besar yang
akan menimpa kaum muslim sepeninggal Rasulullah SAW.
4. I’jaz Tasyrii
Al-Qur’an menetapkan peraturan
pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan persamaan
serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT:
... وَشَاوِرْهُمْ فِيْ اْلأَمْرِ ...
”...Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu...” (QS. Ali Imron: 159)
Di dalam pemerintahan Islam,
tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan.Al-Qur’an telah menetapkan bila keluar
dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT:
وَمَنْ لَمْ
يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ...
”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 44)
Al-Qur’an menetapkan perkara yang
sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan
harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.[9]
5. I’jaz tetang perundang-undangan (hukum
Al-Qur’an)
Segala
sesuatu yang ada di dunia ini mesti mengalami perubahan, harus tunduk pada
hukum dunia, mengalami usia usang, tetapi Al-Qur’an tidak pernah tunduk pada
hukum dunia, Al-Qur’an tidak pernah usang.
6. I’jazun Balaghi
Al-Qur’an
mempunyai kefasihan.Al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat piawai dalam ilmu
Balaghah.Sebab setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur’an mengungkapkan suatu
makna yang sebenarnya dari suatu makna sebenarnya dari pada kalimat tersebut.Jadi
yang dimaksud balaghah yaitu suatu ilmu yang bukan hanya kalimatnya baligh
(tinggi) tetai kalimatnya juga mewakili suatu makna yang daripada maksud
kalimat tersebut. Diantara kalimat yang baik yang ada di dalam Al-Qur’an yang
akan kita jadikan contoh misalkan dalam surat Al-Hadiid ayat 23 ketika Allah
SWT berfirman,
لِكَيْلاَ
تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya;
“(Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu.Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”(QS. Al-Hadiid:23)
7. I’jaz bilangan dalam Al-Qur’an
I’jaz
ini baru ditemukan.Orang menghitung ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an dan
kemudian mencocokan dengan hukum-hukum Allah SWT.Yang diwajibkan kepada manusia.
Misalnya begini, dalam Islam, sholat wajib adalah sholatlima waktu. Ada seorang
yang meneliti bilangan kalimat tersebut dalam Al-Qur’an. Kalimat shalawat
(jamak dari sholat) misalnya, akan di jumpai bilangannya ada lima kalimat. Dan
kalimat ini kaitannya dengan sholatul wajib.Suatu mu’jizat Al-Qur’an dalam segi
bilangan di mana sangat sesuai antara bilangan sholatul wajib dengan kalimat
shalawat.
Kemudian
mengenai kalimat fardhu dalam Al-Qur’an. Sholat lima waktu ini ada 17 rakaat,
kemudian Abu Jahra meneliti kalimat fardhu ini di dalam Al-Qur’an, dan semua
kalimat fardhu dengan berbagai derajatnya berjumlah 17 kalimat. Lalu kalimat
qasr (memendekkan bilangan rakaat dalam sholat ketika dalam perjalanan). Kalau
kita hitung jumlah rakaat dalam sholat qasr, kita akan dapati sampai 11 rekaat,
Zuhur 2, Ashar2, Magrib 3, Isya’ 2, dan Subuh2. Kemudian kalau kita teliti
kalimat qasr dalam Al-Qur’an, ternyata ada 11 kalimat.Kalimat tawaf.Kita
diwajibkan dalam tawaf yang tercatat daam Al-Qur’an ada tujuh kalimat.Itu
adalah sebagian dari mukjizat bilangan dalam Al-Qur’an.
Secara garis besar macam-macam mu’jizatterbagi menjadidua,yaitu
mu’jizat yang
bersifat Material Inderawi yang tidak kekal dan Mu’jizat Immaterial Logis dan
dapat dibuktikan sepanjang masa.[10]
1.
Mu’jizat Material Inderawi
Mu’jizat ini terdapat pada nabi-nabi terdahulu,
artinya bahwa keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung
lewat indera oleh umat-umat tempatnabi-nabi menyampaikan risalah.
Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga
mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak
terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; berubah
wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh
Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain, kesemuanya bersifat material
indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir
dengan wafatnya mereka.
2.
Mu’jizat Immaterial Logis
Yaitu mu’jizat yang diturunkan kepada nabi terakhir yaitu Muhammadshallalu’alai
wasallamberupa mu’jizatal-Quran yang
sifatnya bukan inderawi atau material tetapi dapat dipahami akal dan tidak
dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mu’jizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang
menggunakan akalnya dimana dan kapan-pun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok :
a) Para Nabi sebelum Nabi Muhammad shalallahu’alai
wasallam, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu.
Karena itu,mu’jizat mereka hanya
berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka.
Iniberbedadenganmu’jizatNabiMuhammadshalallahu’alaiwasallam yang
diutus untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman.
b) Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya.
Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammadshalallahu’alai
wasallam membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat
pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau
oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia mulai menanjak ke
tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.
D.
Segi-segi I’jaz Al-Qur’an
Berikut ini beberapa ulama’ berpendapat
tentang segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an[11]:
1. Menurut Al-Jahidz, Al-Jurjarni, dan Abd.
Qahir Al-Jurjani, bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an hanya pada susunan
lafal-lafalnya saja.
2. Menurut Muh. Ismail Ibrahim,
Az-Zamakhsyari dan Fahnur Razi, bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an hanya pada
keilmiahannya saja.
3. Menurut Imam Qurtubi, bahwa kemu’jizatan
Al-Qur’an karena uslubnya lain dari yang lain, susunannya indah dan lain
sebagainya.
4. Menurut Az-Zarqani, bahwa kemu’jizatan
Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Pada keindahan bahasa dan uslub-uslubnya
(tata bahasa);
Dalam
Al Qur’an, banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam
bentuk bahasa yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah daripada apa
yang dibuat oleh penyair dan sastrawan. Contoh: Allah berfirman[12]:
وَتَكُوْنُ
الجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ
(القارعه: 5)
Artinya:
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang di
hambur-hamburkan”.
b. Teknik penyusunannya;
c. Berisi beberapa ilmu pengetahuan (al-‘ulum wa al-ma’arif yang terkandung
di dalamnya);
d. Kedudukan Al-Qur’an terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. Kiat Al-Qur’an tentang al-ishlah (persesuaian) dalam hal ini
kepatutan ketetapan rangkaian kata dan kalimatnya;
f. Adanya kebenaran berita ghaib (anba’ul ghaib) yang ada di dalamnya;
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al
Qur’an itu adalah berita-berita ghaib. Firaun, yang mengejar-ngejar Musa, Allah
berfirman[13]:
فَلْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ايَةً وَاِنَّ
كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ ايتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya:
“Maka
pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahnya dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuatan kami.”
g. Ayat-ayat tentang teguran dan celaan
atau al-‘itab;
h. Penurunan berbagai informasi yang telah
lama di nanti-nanti;
i.
Penampakan
kenabian Muhammad Saw. ketika wahyu turun kepadanya;
j.
Ayat-ayat
muhabalah (keadaan saling mendo’akan supaya di laknat Allah) ketika saling
pendapat;
k. Ketidakmampuan Rasulullah Muhammad Saw.
dari kemungkinan mendatangkan ajaran lain sebagai pengganti Al-Qur’an;
l.
Ketidakterlibatan
Rasulullah Saw. dengan pembuatan Al-Qur’an;
m. Dari sisinya yang manapun, (pengaruh)
Al-Qur’an tampak kesuksesannya. [14]
5. As-Sayyid Rasyid Ridla mengemukakan
tujuh macam kemu’jizatan Al-Qur’an yakni:
a. Segi susunan dan gaya bahasa;
Gaya
bahasa Al Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona.Al
Qur’an secara tegas menentang semua sastrawan para orator Arab untuk menandingi
ketinggian Al Qur’an baik bahasa maupun susunannya.Setiap kali mereka mencoba
menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan mencapat
cemoohan dari masyarakat.
Diantara
pendusta dan musyrik Arab pada saat itu yang berusaha untuk menandingi ialah
Musailimah Kadzdzab dan tokoh-tokoh masyarakat Arab lain pada waktu itu yang
ingin menandingi kalam Allah itu, namun selalu mengalami kegagalan.
b. Segi keindahan atau ke-balagah-annya;
c. Segi ilmu ghaib yang terdapat di
dalamnya;
d. Terbebas dari perbedaan (kontradiksi)
dalam hal isi kandungannya;
e. Segi ilmu-ilmu diniyyah keagamaan dan
pensyariatan;
f. Segi antisipasi perkembangan zaman;
g. Segi pembuktian masala-masalah
(komtemporer) yang sebelumnya tidak diketahui para ahli.[15]
Sedikit berbeda dari Az-Zarqani dan
Rasyid Ridha, al-Buthi, ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an dapat ditinjau dari berbagai
aspek.Hanya saja, secara garis besar kemukjizatan Al-Qur’an dibedakan ke dalam
dua bagian saja.Pertama, bagian yang
dikhususkan kepada mereka yang mempelajari bahasa Arab terutama dari
orang-orang Arab atau berkebangsaan Arab.Kedua,
sebagian lain yang kemu’jizatannya hanya ditemukan dan diketahui oleh pra
pemikir tertentu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa:
Mu’jizat adalah sesuatu yang bernilai
sangat tinggi dan bisa mengungguli seluruh masalah yang berkembang, di samping
kedatangannya mu’jizat memang sedang dinanti oleh kaum.Mu’jizat itu hanya
diberikan oleh Allah kepada para Nabi atau Rasul Allah untuk menumbangkan
kepercayaan manusia yang telah mempertuhankan selain Allah Swt.
Sehingga I’jaz Al-Qur’an memiliki tujuan
diantaranya adalah membuktikan
kerasulan Nabi Muhammad Saw., membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur’an
benar-benar merupakan wahyu dari Allah Swt., menunjukkan kelemahan mutu sastra
dan balaghah bahasa manusia, dan menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa
umat manusia.
Secara
garis besar macam-macam mu’jizatterbagi menjadidua,yaitu
mukjizat yang bersifat material inderawi yang
tidak kekal dan mu’jizat immaterial logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.
Maka kita dapat mengetahui segi-segi
kemu’jizatan Al-Qur’an secara garis besar ada dua diantaranya:
1. Bagian yang dikhususkan kepada mereka
yang mempelajari bahasa Arab terutama dari orang-orang Arab atau berkebangsaan
Arab.
2. Sebagian lain yang kemu’jizatannya hanya
ditemukan dan diketahui oleh pra pemikir tertentu.
B.
Saran
Mungkin
inilah yang diwacanakan pada penulisan Makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna. Masih banyak kesalahan
dari penulisan makalah ini,
karena kami manusia yang adalah tempat salah dan
dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga
butuh saran atau kritikan dari
para pembaca yang budiman, agar
bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas
dosen pembimbing mata kuliah Ulumul
Qur’an Ibu Hj.
Nadhifah, S.Th.I, M.S.I. yang
telah memberikami tugas membuat makalah ini demi
kebaikan diri kami sendiri dan untuk orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalil.
2004. Studi Ilmu-ilmu Al-quran. Bogor: Litera
AntarNusa.
Hamzah,
Muchotob.2003. Studi Al-Qur'an
Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media.
Irvan Kazekage. ”I’jaz
Al-Qur’an”.http://iirmakalahtarbiyah.blogspot.co.id//. diakses pada tanggal
18 Oktober 2010.
Suma, Muhammad Amin.2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers.
Syadali, Ahmad dan
Rofi’i, Ahmad.1997. Ulumul Quran II.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
[1] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali pers,
2013), hlm. 153.
[2]Lihat Al-Qur’an surat
Al-Maidah[5]:31, Al-An’am [6]:134, Al-Anfal [8]:59, At-Taubat [9]:3, Yunus
[10]:53, Hud [11]:20, 33, dan 72, An-Nahl [16]:46, Al-Hajj [22]:51, An-Nur
[24]:57, Asy-Syu’ara [26]:171, Al-Ankabut [29]:22, Saba [34]:5 dan 38, Fathir
[35]:44, As-Shaffat [37]:135, Az-Zumar [39]:51, As-Syura [42]:31, Al-Ah’qaf
[46]:32, Ad-Dzariyat [51]:29, Al-Qamar [54]:20, Al-Haqqah [69];7, dan Al-Jinn
[72];12.
[4]Manna
Khalil al-Qattan , Studi
Ilmu-ilmu Al-quran,Bogor: Litera Antar Nusa, 2004,Cetakan Ke-8 hlm. 371.
[5]Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur'an Komprehensif (Yogyakarta: Gama
Media, 2003).
[6]Drs. H. Ahmad Syadali
dan Drs. H. Rofi’i, Ulumul Quran II
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cetakan I, hlm. 11.
[7]Irvan Kazekage,”I’jaz Al-Qur’an”, http://iirmakalahtarbiyah.blogspot.co.id//, diakses pada tanggal 18 Oktober 2010.
[10]http://makalahnih.blogspot.co.id/2014/07/ijaz-al-quran-kemukjizatan-al-quran.html, diakses
pada bulan Juli 2014, pukul: 11.06 AM.
[11]Ibid2, hlm.
20.
[14] As-Sayyid Rasyid
Ridha, at-Tafsir Al-Qur’an al-Hakim
(at-tafsir al-Mannar)
[15]Muhammad Abdul Azhim
Az-Zarqani (selanjutnya ditulis Az-Zarqani), Manabilul ‘Irfan fi ‘Ulumil
Qur’an, j. 2, hlm.332-412.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar