MAKALAH
NUZULUL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Hj. Nadhifah, M.S.I

Disusun Oleh :
Shofiyya maulina (1503056073)
Mu’mmar R. Qadafi (1503056074)
Dita Septian Ningrum (1503056075)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG 2015-2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu cabang Ulumul Qur’an, yaitu Ilmu
Nuzulul Qur’an. Sebagaimana diketahui begitu Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, Al-Qur’an tersebut langsung mencuri perhatian baik kau muslim
atau orang kafir quraisy terutama kaum yang masih ingkar terhadap Al-Qur’an.
Ilmu Nuzulul
Qur’an berbeda dengan ilmu Asbabun Nuzul yang akan dibahas kemudian.[1]
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab. Orang yang mahir berbahasa arab, mereka
sombong dapat mengerti arti dari padahal orang arab sendiri banyak yang belum
mengerti kandungan dari Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk mengetahui isi
kandungan Al-Qu’an ilmu yang mempelejari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qu’an
yaitu Ulumul Qur’an balam bab Nuzulul Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian
Nuzulul Qur’an ?
2. Bagaimana
Tahapan Turunnya Nuzulul Qur’an?
3. Bagaima
dalil-dalil Ilmiah tetntang turunnya Al-Quran?
4. Apa Hikmah
Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur ?
5. Bagaimana
Pemeliharaan Al-Qu’an Mulai Masa Nabi Sampai Sekarang ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzulul Qur’an.
Sebelum diterangkan
pengertian Nuzulul Qur’an , terlebih dahulu perlu dijelaskan arti kata nuzul
secara bahasa dan istilah, kemudian diterangkan pengetian Nuzulul Qur’an.
1. Pengertian Nuzul
Nuzul menurut bahasa
mempunyai beberapa arti. Para ulama’ berbeda pendapat mengenai arti kata Nuzul,
antara lain sebagai berikut :
Ø Imam Ar-Raghib
Al-asfihani dalam kitabnya Al-mufrodaat, kata Nuzul itu mempunyai arti: Al-inhidar min “uluwwin Ila Safalin” (meluncur dari atas ke bawah). Contohnya
antara lain firman Allah swt:
Artinya : “Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit.[2]
Ø Imam Al – Fairuz
ZABADI DALAM KAMUSNYA Al-Muhith Al-Hulul Fil Makan, kata Nuzul mempunyai arti
bertempat disuatu tempat. Contohnya, antara lain firman Allat SWT:
Artinya:
“Dan
berdoalah: Ya Tuhanku tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan engkau
adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS Al-Mu’minun: 29)
Ø Imam
Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kasysyaf, kata Nuzul itu berarti Al-Ijtima’
(kumpul). Contohnya, seperti ucapan (orang-orang telah berkumpul
ditempat itu.
Ø Sebagian para
ulama mengatakan, kata Nuzul itu berarti turun secara berangsur – angsur
sedikir demi sedikit. Contohnya seperti dalam ayat Al-Qur’an, antara lain:
Artinya:
“Dialah
yang menurunkan Al-Qur’an pada kamu, di antaranya isinya ada ayat-ayat
muhtamat. Itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain ayat-ayat
mutasyabihat.” (QS Ali Imron: 7)
Ø Jumhur ulama,
arti kakarenakanta Nuzul dalam konteknsnya dengan Al-Qur’an atau arti dari
kalimat Nuzulul Qur’an tidak perlu menggunakan arti yang haqiqi, yaitu yang
berarti turun atau bertempat maupun berkumpul, melainkan perlu memakai arti
yang majas, atau arti pinjaman atau tidak asli. Sebab lafal Al-Qur’an adalah
kalam atau firman Allah SWT yang tidak relevan jika dikatakan meluncur dari
atas atau turun. Hal ini di Allah SWT itu tidak bertempat di langit atau jauh
diatas sana, sehingga wahyunya harus turun dari atas kebawah. Menurut
keterangan ayat 186 Al-Baqarah, Allah SWT itu dekat dengan hamba-Nya:
Artinya:
“Dan
apabila hamba-hambaku bertanya kepdamu tentang Aku, maka jawablah bahwa aku adalah
dekat.”
Bahkan
menurut 16 surat Qaaf, Allah SWT itu lebih dekat kepada hamba-hamba-Nya
daripada urat lehernya;
Artinya:
“Dan
Kami adalah lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Allah
menyampaikan wahyu Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW itu tidak tepat, jika
kata nuzul tersebut dikaitkan dengan “menurunkan” yang merupakan arti haqiqi.
Sebab, Allah SWT tidak diatas, karena memang Allah SWT itu tidak mengambil
tempat.
Karena
itu, kata nuzul dalam kalimat Nuzulul Qur’an itu harus diartikan dengan makna
majasi, yaitu Al-Idhlar (menampakkan/menjelaskan) atau Al-I’lam
(memberitahukan/menerangkan) atau pun Al-Ifham (memahamkan atau menerangkan).
Pengertian Nuzulul Qur’an
Sesuai
dengan pengertian nuzul yang baru diterangkan diatas, maka pengertian Nuzulul
Qur’an ini ada beberapa arti dari berbagai pendapat para ulama, antara lain
sebagai berikut:
Ø Jumhur Ulama,
ntara lain Ar-Razi, Imam As-Suyuthi, Az-Zakarsyi, dan lain-lain mengatakan: Arti
nuzulul Qur’an itu secara haqiqi tidak cocok untuk Al-Qur’an sebagai kalam
Allah yang berada pada zat-Nya. Sebab dengan
memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat atau
lafal atau tulisan huruf yang riil yang harus diturunkan. Karena itu, arti
kalimat Nuzulul Qur’an itu harus dipakai makna Majazi, yaitu: Menetapkan /
memantapkan / memberitahukan / memahamkan / menyampaikan Al-Qur’an. Baik
disampaikannya Al-Qur’an itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izah di langit
dunia, smaupun kepada Nabi Muhammad SAW sendiri.
Ø Sebagian Ulama,
antara lain imam Ibnu Tamiyah, dkk mengatakan: Pengertian Nuzulul Qur’an itu
juga tidak perlu dialihkan dari arti haqiqi kepada arti majazi. Maka kata
Nuzulul Qur’an itu berarti “Turunnya
Al-Qur’an”. Sebab, arti tersebut sudah biasa digunakan dalam bahasa Arab.
B. Tahap-Tahap Turunya Al-Qur’an
Tahap diturunkannya
Al-Qur’an itu ada tiga fase, seperti yang akan dijelaskan berikut dengan
dalil-dalil:
a)
Tahapan Pertama (At-Tanazzulul Awwalun)
Tahapan pertama, Al-Qur’an diturunkan/ditempatkan
Lauh Mahfudz. Yakni, suatu tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya
secara pasti.
Dalil yang mengisyaratkan bahwa
Al-Qur’an itu ditempatkan di Lauh Mhafudz ialah keterangan firman Allah SWT.
Artinya: “Bahkan (yang didustakan mereka)
itu ialah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di Lauh Mahfudz. (QS Al-Buruj:
21-22)
Tetapi mengenai sejak kapan Al-Qur’an
ditempatkan di Lauh Mahfudz itu, dan bagaimana caranya adalah merupakan hal-hal
Ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya, selain dari Allah SWT. Namun,
mengenai bagaimana cara turunnya Al-Qur’an itu ke Lauh Mahfudz dapat
disistematiskan secara sekaligus ke seluruh Al-Qur’an itu.
Hal itu didasarkan atas dua
argumentasi sebagai berikut:
Pertama, karena dhohirnya lafal nash
ayat 21-22 surah Al-Buruj itu tidak menunjukkan arti berangsur-angsur seluruh
isi Al-Qur’an.
Kedua, karena rahasia atau hikmah
diturunkannya Al-Qur’an secara bernagsur – angsur, seperti yang akan
diterangkan dibelakang, tidak cocok untuk tahap pertama ini.
b)
Tahapan Kedua (At-Tanazzul Ats-Tsani)
Tahapan kedua, Al-Qur'an turun dari
Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Jadi, setelah berada di Lauh Mahfudz,
kitab Alquran itu turun ke Baitul Izzah di langit dunia atau langit terdekat
dengan bumi ini.
Banyak dalil yang menerangkan
penurunan Alqurn tahapan kedua ini, baik dari ayat Al-qur’an atupun dari hadits
Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:
Artinya:
“Sesungguhnya kami menurunkannya atau
(Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi.” (QS Ad-Dukhan: 3).
Artinya:
“Sesungguhnya kami telah
menurunkannya atau (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS Al-Qadr: 1).
Artinya:
“Beberapa hari itu (ialah Bulan
Ramadhan, Bulan yang dialamnya diturunkan atau permulaan AlQur’an).” (QS Al-Baqarah:
185).
Hadits riwayat Hakim dari Sa’id bi
Jubair dari Ibnu Abbas r.a. dari nabi Muhammad SAW yang bersabda:
Artinya:
“Al-Qur’an itu dipisahkan dari
pembutannya lalu diletakkan dari Baitul Izzah ke langit dunia, kemudian
mulailah malaikat Jibril menurunkannya kepda Nabi Muhammad SAW.” (H.R. Hakim
dari Ibnu Jubair dari Ibnu Abbas r.a.).
Hadits riwayat An-Nasa’i, Hakim, dan
Baihaqi sdari Ibnu Abbas r.a., beliau berkata:
Artinya:
“Al-Qur’an itu diturunkan secara
sekaligus ke langit dunia pada malam Qadr, kemudian setelah itu diturunkan
(sedikit demi sedikit) selama 20 Tahun.” (H.R. An-Nasa’i dari Ibnu Abbas).
Hadits riwayat Hakim, Baihaqi, dll
dari Ibnu Abbas r.a. beliau berkata:
Artinya:
“Al-Qur’an itu diturunkan secara
sekaligus ke langit dunia dan hal itu adalah seprti perpindahan
bintang-bintang, Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW setelah sebagian
(yang lain).”
Semua dalil ayat dan hadits-hadits
tersebut diatas menunjukkan turunnya Al-ur’an tahap kedua ini dan cara
turunnya, yaitu secara sekaligus turun seluruh isi Al-Qur’an dari Lauh Mahfudz
ke Baitul Izza di langit dunia.
c)
Tahapan Ketiga (At-Tanazzulul Ats-Tsaalist)
Tahapan ketiga, Al-Qur’an turun dari
Baitul Izzah ke langit dunia langung kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya, setelah
wahyu kitab Alquran itu pertama kali ditempatkan di Lauh Mahfudz, lalu keduanya
diturunkannya di Baitul Izzah di langit dunia, kemudian ketiganya disampaikan
langsung kepada Nabi Muhammad SAW, baik melaui perantaraan malaikat Jibril
ataupun langsung ke dalam hati sanubari Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik
tabir. Dalilnya, ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi.
Artinya:
“Dan sesungguhnya kami telah
menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (QS Al-Baqarah: 99).
Artinya:
“Dialah yang menurunkan Alquran
kepadamu diantara (isinya) ada ayat-ayat yang Muhkamat, itulah pokook-pokok isi
Alquran, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang Mutasyabihat.” (QS Ali Imron: 7).
Artinya:
“Ia (Alqur’an) itu dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu Muhammad agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S. As-Syura: 193-194).
Artinya:
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur, agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra’: 106).
Artinya:
“Beerkatalah orang-orang kafir:
Mengapa Al-Qur’an itu tidak ditunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlah
supaya kami perbuat hatimu dengannya dan kami(menurunkannya) dan membacakannya
kelompok demi kelompok.” (Q.S. Al-Furqon: 132).
Artinya:
“Jika Allah berfirman dengan wahyu,
mulailah langit itu bergeser keras karena takut kepada Allah. Kalau penghuni
langit itu mendengar hal tersebut, maka pingsanlah mereka dan tunduk serta
bersujud, dan yang pertama kali mengangkat kepalanya dari mereka itu ialah
Malaikat Jibril. Maka Allah lalu berfirman kepadanya dengan wahyu-Nya, mengenai
sesuatu yang dikehendaki-Nya, disampaikan-Nya kepada para malaikat. Lalu setiap
melewati langit dunia, maka penghuninya bertanya: Apakah yang difirmankan Tuhan
kita? Dia menjawab: “kebenaran.” Maka selesailah perintah-Nya.” (H.R.
Ath-Thabrani).
Artinya:
“Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam
bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata: Wahai Rasulullah, Bagaimanakah
wahyu itu datang kepadamu? Maka Rasulullah SAW bersabda: “ Kadang-kadang datanf
kepadaku seperti gemuruhnya bunyi lonceng dan itu yang paling beraat bagiku.
Maka begitu berhenti bunyi itu dariku aku telah menguasai apa yang sudah
diucapkan. Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu
mengajak berbicara kepadaku. Maka aku kuasai apa yang dikatakannya.” Aisyah
lalu berkata: “Saya pernah melihat beliau menerima wahyu pada hari yang sangat
dinginn, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau maka bercucuranlah
keringat di pelipis beliau.” (H.R. Al-Bukhari).
Dari dalil ayat-ayat dan hadis-hadis
tersebut diatas, dapatlah diketahui bahwa cara turunnya Al-Qur’an pada tahap
ketiga ini adalah secara langsung Nabi
Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan
kadang-kadang lewat perantaran Malaikat Jibril a.s. tentang bagaimana cara
Malaikat Jibril menerima wahyu Al-Qur’an yang akan disampaikannya kepada Nabi
Muhammad SAW, adalah seperti keterangan hadis Ath-Thabrani, yaitu dia menemukan
firman Allah SWT, langsung dari sisinya.”
C. Dalil-dalil Ilmiah tentang turunnya Al-Quran
1. Dalil Pertama
Dalil Hipnotis atau setruman ini merupakan hasil penemuan
ilmiah Dr. Masner, seorang sarjana jerman. Bahwa manusia dihipnotis dapat
melihat, mendengar, membaca, dan menerangkan hal-hal yang tidak dapat
dilakukannya sewaktu tidak dihipnotis. Bahkan dia dapat menjelaskan hal-hal
yang belum terjadi berdasarkan akal batinnya. Seseorang saja bisa menghipnotis
orang lainnya untuk mematuhi perintahnya apalagi Nabi Muhammad seorang utusan,
pasti akan lebih mudah menghipnotis umatnya untuk percaya pada AL-Quran.
2. Dalil Kedua
Akrobat Circus ini merupakan sebutan sebagian jenis binatang
yang tadinya bodoh karena dilatih dengan berbagai macam gerakan, tarian, dan
ketrampilan. Hal ini tentunya tidak karena kepandaian dan kecerdasan otak
binatang itu melainkan karena ketekunan dan keahlian para pelatihnya sehingga
dapat menyuruh binatang menyuruh hal-hal yang diperintahnya. Manusia biasa saja
dapat melatih binatang untuk mematuhi perintahnya, tidak diragukan lagi
Malaikat Jibril dalam mengajar Nabi Muhammad SAW untuk mengakui kebenaran
wahyu.
3. Dalil Ketiga
Dalil rekaman seperti video, mesin fotocopy, yang betul-betul
dapat memproduksi berbagai dokumen atau catatan-catatan kuliah dengan waktu
yang sangat cepat. Maka pastilah malaikat itu betul-betul dapat menyampaikan
ajaran wahyu yang dapat membuat nabi atau rosul pandai menceritakan segala yang
diajarakan.
4. Dalil Keempat
Alat-alat elektronik canggih seperti Radio, Televisi,
Komputer, dan sebagainya. Dan komputer-komputer dapat mngerjakan
perintah ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan maupun menggambarkan kontruksi
bangunan yang luas ataupun tinggi sekalipun hanya dalam beberapa detik. Maka
apakah tidak bisa diterima akal manusia bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui
dan Maha Kuasa lebih dari bisa untuk mengajarkan sebagian ilmu-Nya kepada salah
seorang hamba yang dipilihnya menjadi nabi.
5. Dalil Kelima
Komunikasi canggih seperti telepon, telegram modem, dan
lain-lain yang dapat segera mengirimkan pesan atau berita dan data-data dari
dan ke tempat-tempat yang sangat berjauhan sekalipun. Padahal semua alat komunikasi
tersebut hanya hasil rekayasa manusia biasa. Maka secara ilmiahnya malaikat
lebih dari bisa dengan cepat memberi, menyampaikan berita wahyu dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW dalam menurunkan wahyunya.
D. Hikmah Turunnya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur
Adapun hikmah dari tanzul tahap
pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi lauh Mahfudh itu sendiri dan
fungsinya sebagai tempat catatan umum (arsip) dari segaa hal yang ditentukan
dan diputuskan Allah SWT dari segala makhluk, alam dan semua kejadian. Sebab,
Lauh Mahfudh itulah yang menunjukan berbagai data dan fakta serta argumentasi
yang membuktikan kebesaran kekuasaan kehendak dan kebijaksanaan-Nya
Hikmah pada tahapan kedua, Al-Qur’an
diturunkan dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah itu ada tiga hal, sebagai berikut:
1. Menunjukan
kehebatan dan kemukjizatan Al-Qur’an, yang turunnya tidak sama dengan
kitab-kitab suci yang lain, tetapi berbeda dan secara khusus, yaitu dengan
diturunkan secara bertahap-tahap.
2. Menjelaskan
kebesaran Nabi Muhammad SAW yang menerima kitab suci Al-Qur’an ini, yang tidak
diterimanya langsung secara sekali diterima, melainkan diatur secara bertahap.
Mula-mula di tempat Lauh Mahfuh, lalu ke Baitul Izzah secara sekaligus, baru
kemudian disampaikan langsung kepada beliau secara berangsur-angsur, sedikit
demi sedikit.
3. Memberitahukan
kepada para malaikat para malaikat dan para nabi serta para rasul terdahulu, mengenai kemudian dan ketinggian
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul penghabisan, dan kitab suci terakhir yang
diterimanya.
Adapun hikmah turunnya Al-Qur’an pada tahap ketiga/langsung
kepada Nabi Muhammad SAW yang secara berangsur-angsur ini, antara lain sebagai
berikut:
1. Mempermudah
pembacaan dan penyampaiannya kepada umat manusia dengan keterangan ayat 106
surah Al-Isra yang telah ditulis dan diterjemahkan di atas. Sebab, jika
sekiranya seluruh Al-Qur’an itu ditrunkan secara sekaligus, tentu akan sukar
untuk mempelajari pembacannya, apa lagi penyampainnya kepada masyarakat.
2. Mempermudah
untuk menghafalkannya, sesuai dengan keterangan ayat 32 surah Al-Furqan
tersebut di atas. Sebab, seandainya semua ayat-ayat Al-Qur’an itu disampaikan
secara sekaligus, tentu akan sukar sekali menghafalkannya.
3. Mempermudah
pemahaman seluruh isi ajarannya, sesuai pula dengan keterangan ayat 32 surah
Al-Furqan tersebut. Sebab, jika seluruh ayat Al-Qur’an itu diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW secara sekaligus, padahal beliau atau kebanyakan sahabat
adalah ummi (tidak pandai membaca dan menulis), maka jelas akan ada kesulitan
untuk bisa memahami keseluruhan isi kandungannya.
4. Lebih meresapkan
inti ajaran Al-Qur’an ke dalam hati sanubari Nabi dan umatnya. Hal ini sesuai
dengan keterangan ayat 32 surah Al-Furqan tersebut. Sebab, seandainya Nabi
menerimawahyu Al-Qur’an itu secara sekaligus, maka sudah pasti akan menyulitkan
beliau beserta umatnya dalam meresapi semua peraturannya.
5. Lebih
mempermudah praktik pelaksanaan hukum-hukum peraturan Al-Quran yang
bermacam-macam itu. Karena itu, para sahabat dahulu jika mempelajari kitab
Aal-Quran hanya sekitar sepuluh ayat saja. Mereka tidak beralih kepada
ayat-ayat lain sebelumn mengetahui isi ajaran Al-Quran, dan bisa mempraktikan
pelaksanaan hukum-hukum peraturan ajaran Al-Quran itu.
6. Memberi
kesempatan kepada umat Islam guna menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan
hukum ajaran Al-Quran yang diturunkan ayat-ayatnya secara berangsur-angsur dan
penetapan hukumnya secara bertahap-tahap. Dengan demikian, mereka mampu
beradaptasi dengan cara sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
yang terlarang . Misalnya, seperti proses pengharaman minuman keras, praktik
riba, dan sebagainya secara bertahap, sehingga mereka sempat berlatih
meninggalkannya sedikit demi sedikit. Sebab, seandainya penetapan pengharaman
itu secara radikal atau drastis, mereka akan berat sekali untuk mematuhi
larangan-larangan tersebut, karena hal-hal itu seudah menjadi kebiasaan yang
telah mendarah daging bagi mereka.
E. Pemeliharaan Al-Quran
Sejarah penulisan dan pemeliharaan
secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa: Pencatatan al-quran pada
masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar As-Syidiq penulisan al-quran pada
masa Utsman bin Affan dan pencetakan al-quran pada abad ke-17 masehi.
1. Pada Masa Nabi
Pada masa Nabi Muhammad, Al-quran sebenarnya telah ditulis,
karena setiap nabi mendapatkan al-quran dari malaikat jibril beiau menyuruh
para sahabatnya untuk menuliskan wahyu tersebutpada benda-benda yang bisa
ditulis seperti kulit binatang, tulang-belulang, pelepah kurma, batu-batu putih
yang tipus dan lain sebagainya. Nabi mempunyai sekitar empat penulis wahyu.
Pada saat itu tulisan al-quran masih belum bertitik dan berkharakat. Bentuk
tulisannya (khot) kufi yang masih kaku dan surat-suratnya, mengingat belum
adanya kertas pada saat itu dan masih sedikitnya benda-benda untuk menulis.
Kendati deemikian urutan surat dan ayat sudah bnayak diketahui oleh para
sahabat. Tidak berurutannya ayat-ayat dan surat al-quran. Nabi sendiri tidak
mengetahui kapan terakhir al-quran diturunkan kepada beliau. Yang jelas,
sebelum nabi wafat seluruh al-quran telah ditulis.
2. Pada Masa Abu
Bakar
Pada masa Abu Bakar, Al-quran
dikumpulkan dan ditulis kembali. Penyebabnya adalah kekhawatiran sahabat umar
ketika banyak sahabat yang mati syahid pada peperangan yamanah, jika hal ini
berlangsung, maka akan banyak al-quran yang hilang dengan meninggalnya para
sahabat. Akhirnya sahabat umar mengusulkan kepada sahabat abu bakar untuk
menuliskan al-quran. Setelah berdiskusi cukup alot, akhirnya abu bakar
menyetujui usul tersebut dan
memerintahkan kepada sahabat Zaid bin Tsabit untuk menulis kembali ayat-ayat
al-quran yang pernah ia tulis pada masa nabi. Dan juga dikumpulkan ayat-ayat
al-quran yang ditulis di atas benda-benda pada masa nabi. Dan juga dikumpulkan
dari hafalan para sahabat dan tulisan al-quran pada mereka. Setelah selesai
mengumpulkannya barulah dinamakan “mushaf”. Meskipun demikian dalam mushaf
tersebut masih belum ada tanda baca, belum ada titik. Dan lain sebagainya.
Inilah jasa tersebar dari sahabat Abu bakar untuk Islam.
3. Pada Masa Ibnu Affan
Ketika Utsman menjadi kholifah, Islam telah tersebar secara
luas sampai Syam (Syiria), Basyrah (Irak), dan lain-lain. Suatu saat Utsman
mengerahkan bala tentara islam dari wilaayah syam dan irak untuk menaklukan
Armenia dan Azerbaijan. Ketika itu Hudzaifah ibn Al-Yaman
mengabarkan kepada perbedaan khalifah bahwa diantara penduduk
syam dan Irak untuk menaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ketika itu Hudzaifah ibn
al-Yaman mengabarkan kepada khalifah bahwa diantara penduduk syam dan irak
telah terjadi perselisihan diakibatkan perbedaan bacaan al-quran. Lalu ia pun
mengusulkan kepada Utsman untuk menyalin al-quran yang telah dihimpu Abu Bakar
dan memperbanyaknya untuk disebarkan kepada kaum musliimin agar tidak terjadi
perselisihan yang dapat merusak persatuan umat Islam.
Setelah mengecek kebenaran berita yang disampaiakan
Hudzaifah, lalu Utsman meminta shuhuf yang ada ditangan Hafsah untuk disalin
dan diperbanyak. Kemudian Utsman membentuk panitia penyalin Mushaf al-quran
yang diketuai Zaid bin Tsabit dengan tiga anggota yaitu: Abdullah bin Zubair,
Sa’id bin al-Ash dan Abdurrahman bin al-Harits vin Hisyam.
Setelah tugas mereka selesai, maka khalifah Utsman
memerintahkan untuk mengirimkan mushaf yang telah digandakan itu ke berbagai
daerah Islam, dan memerintahkan untuk membakar membakar selain mushaf tersebut.
Pembakaran tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya pertikaian dikalangan
umat islam.
Adapun jumlah penggandaan mushaf utsman terjadi perbedaan
Ulama. Ada yang mengatakan empat buah, dan dikirim ke Kuffah, Bashrah, dan
Syiria sedang yang satu dipegang oleh Utsman sendiri.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nuzul
secara bahasa menurut Ar-Raghib meluncur dari atas ke bawah, menurut
Az-Zamakhsyari nuzul artinya kumpul, menurut para ulama’ nuzul artinya turun
secara berangsur-angsur, bila digabungkan nuzul itu turun dari atas kebawah
secara berangsur-angsur. Tetapi menurut jumhur ulama’ pengertian nuzulul Qur’an tidak perlu menggunakan yang hakiki melainkan
pengertian yang majasi, sebab Allah tidak bertempat tinggal di langit sehingga
wahyunya tidak harus turun dari atas ke bawah.
Ada
tiga tahapan turunnya Al-Qur’an yang pertama yaitu Al-Qur’an diturunkan/
ditempatkan di Lauh Mahfudh (tempat dimama tidak seorangpun yang dapat
mengetahuinya). Kedua yaitu Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah
yang terdapat tiga pendapat mengenai turummya dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah
ini pendapat pertama menyatakan Al-Qur’an pada tahap ini langsung secara
keseluruhan, pendapat kedua Al-Qur’an pada tahap ini turun sampai dua puluh
kali turunan dalam 20 malam lailatul qadar yaitu 20 tahun, pendapat ketiga
menyatakan pertama turun pada malam lailatul qadar setelah itu turun secara
berangsur-angsur dengan waktu yang berlainan.
Terdapat
lima dalil ilmayah Al-Qur’an turun secara berangsur yaitu pertama Hipnotis.
Sebenarnya manusia yang dihipnotis dapat melihat, mendengar, dan menerangkan
hal-hal yang tidak dapat dilakukan sewaktu tidak dihipnotis. Kedua Akrobat
Circus ini sebutan sebagian binatang yang tadinya bodoh karena tidak berakal
kemudian dididik sehingga dapat menyuruh hal-hal yang di perintahkannya melalui
keahlian dan pelatihan-pelatihannya. Ke tiga Alat-alat rekaman seperti photo
copy yang dapat memproduksi berbagal macam dokumen. Ke empat Alat-alat
elektronik canggih seperti radio, televisi, komputer dsb yang komputer sendiri
dapat menjawab pertanyaan dan menggambarkan suatu kontruksi bangunan. Kelima
yaitu komunikasi canggih seperti telephon yang dapat mengirim pesan dengan
cepat. Semuanya merupakan ciptaan Allah , orang saja dapat melakukan seperi
yang di atas apalagi seorang Nabi yang sudah di utus oleh Allah.
Hikmah
diturunkannya Al-Quran antara lain, menunjukkan berbagai data dan fakta serta
argumentasi yang membuktikan kebesaran kekuasaan Allah SWT di Lauhul Mahfudh,
menunjukan kehebatan dan kemukjizatan Al-Quran, menjelaskan kebesaran Nabi
Muhammad SAW, memeberitahukan kepada para Malaikat dan para Nabi mengenai
kemuliaan dan ketinggian Nabi Muhammad, mempermudah pembacaan dan
penyampaiannya kepada umat manusia, mempermudah untuk menghafalkan, mempermudah
praktik pelaksanaan hukum-hukum peraturan Al-Quran dsb.
Pemeliharaan
pada masa Nabi masih ditulis di kulit binatang, kulit pohon, dll. Pada saat Abu
Bakar ditulis kembali dalam bentuk mushaf. Pada masa Usman sudah mulai di
nukukan hingga sekarang.
DAFTAR
PUSTAKA
Djalal,
Abdul. 1997. Ulumul Qur’an. Surabaya:
Dunia Ilmu.
Hasbi,
Teuku. 2009. Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
No Deposit Bonus Casinos 2021 - Casino Master
BalasHapusNo Deposit 토토커뮤니티 Bonuses for Casino Master 2021 The 인스타 셀럽 most 텐벳먹튀 common 골인 벳 먹튀 type of no deposit bonus is free 맥스 벳 spins, no deposit bonus codes, and