Iman, Islam, dan Ihsan
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu tauhid
Dosen pengampu : Drs. Soeparyo, M.Ag

Disusun oleh :
1.
Qurotul ain (1503056076)
2.
Madinatul
Munawaroh (1503056094)
3.
Wahid
Hasyim (1503056099)
Pendidikan Matematika -1C
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Tak
sempurna agama seseorang bila tidak menyempurnakan iman, islam dan ihsan dalam
kehidupannya. Iman, islam dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar
akidah seseorang. Keyakinan tersebut harus diwukudkan melalui pelaksanaan ke
lima rukun islam. Dengan demikian, beriman tanpa melaksanakan rukun islam
adalah sia-sia. Setiap orang yang mengaku beriman, semestinya juga melakukan
rukun islam.
Untuk
melaksanakan kelima rukun islam itu dengan baik maka harus dilakukan dengan
cara ihsan. Cara ihsan dengan merasakan seolah olah melihat Allah SWT.
Seandainyapun tidak bisa dilakukan maka sungguh tidak ada keraguan bahwa Allah
SWT. Selalu melihat perbuatan kita. Kesadaran bahwa Allah SWT. Selalu melihat
setiap perbuatan yang kita lakukan, terutama yangberkaitan dengan pelaksanaan
rukun islam, maka kita akan melaksanakan rukun islam itu dengan kesungguhan
untuk mendapatkan ridhonya. Dengan kata lain, ihsan sesungguhnya merupakan cara
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rumusan masalah
1.
Apa pengertian iman, islam dan ihsan?
2.
Bagaimana hubungan iman, islam, dan ihsan?
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian iman, islam dan ihsan
2.
Bagaimana hubungan iman, islam, dan ihsan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
1.
Iman
A.
Pengertian Iman
Kata iman berasal
dari bahasa arab amana yang berarti percaya. Mempercayai keberadaan Allah SWT.
Sebagai satu-satunya maha pencipta. Dengan mempercayai Allah SWT. Sebagai
satu-satunya yang maha pencipta, maka tidak patut bagi kita untuk menyembah
selain kepada-Nya. [1]
Hanya kepada Allah
kita menyembah dan hanya kepadanya kita memohon pertolongan. Allah SWT.
Berfirman:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya:
“hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” [2]
Menurut hadis yang telah diriwayatkan oleh
umar, secara khusus iman berarti: “ memercayai Allah,para malaikat-Nya,
kitab-kitabnya, para utusan-Nya, hari akhir, dan mempercayai takdir baik dan
buruk-Nya.
B.
Rukun Iman dan Hikmahnya
1. Iman kepada
Allah
Iman kepada Allah berarti
pembenaran atau penerimaan yang pasti akan wujud Allah, rububiyah Allah, asma’/
sifat Allah, dan Uluhiyah Allah.
Iman kepada Allah membawa muslim
pada hal-hal berikut:
a)
Keyakinan akan pertolongan Allah bagi mukmin
b)
Keyakinan akan terwujudnya kehidupan yang baik,
c)
Sikap dan perilaku tawakal
d)
Keberuntungan dan kemenangan
e)
Mendapat hidayat dan ketenangan hati
2. Iman Kepada
Malaikat
Iman
kepada Malaikat berarti penerimaan atau pembenaran yang pasti akan (a)
kebenaran Malaikat sebagai makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya, (b)
keberadaan malaikat yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui nama
mereka, (c) sifat-sifat malaikat, (d) tugas-tugas malaikat
Iman
kepada Malaikat menimbulkan:
a.
Keyakinan akan kesempurnaan dan keagungan Allah.
b.
Semangat untuk beramal salih karena banyak sekali
malaikat yang selalu taat kepada Allah.
c.
Istiqomah dalam beramal salih karena setiap amal
dicatat oleh malikat.
d.
Sikap dan perilaku waspada akan tipu daya setan dan
kehidupan dunia ketika kita ingan malakul maut.
e.
Sikap dan perilaku syukur kepada Allah karena kita
selalu dijaga oleh Malaikat utusan Allah.
3. Iman Kepada
Kitab-Kitab
Iman kepada kitab-kitab berarti
pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa (a) Allah memiliki kitab-kitab yang
diturunkan kepada rosulNya untuk disampaikan kepada manusia, (b) kitab-kitab
tersebut merupakan kalamullah (firman Allah) iman kepada rosul yang dengan
kitab-kitab tersebut Allah berbicara kepada hamba-hambaNya, dan (c) kitab-kitab
tersebut berisi kebenaran dan petunjuk bagi manusia untuk kebaikan hidup mereka
di dunia dan di akhirat.
Kitab-kitab Allah diantaranya
adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Kitab yang terakhir diturunkan Allah
adalah Al-Quran. Diantara keistimewaan Al-Quran adalah:
a)
Berisi hukum-hukum Allah dan membenarkan Kitab-kitab
terdahulu.
b)
Semua manusia berpegang teguh kepada Al-Quran dan
mengamalkan hukum-hukum yang ditetapkan; hal ini berbeda dengan kitab-kitab
sebelumnya yang hanya khusus bagi para umat Rosul tertentu.
c)
Kemurnian al-Quran mendapat jaminan dari Allah
melalui tangan Nabi, sahabat, ulama dan umat islam yang setia.
4. Iman kepada
Rosul-rosul
Iman kepada rosul berarti
pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa (a) Allah mengutus bagi setiap umat
Rosul dari mereka yang menyeru mereka supaya beribadah kepada Allah saja dan
menjauhi Taghut, (b) para rasul yang diutus merupakan hamba Allah yang jujur
dan bertakwa dan (c) para rasul menyampaikan kepada manusia segala sesuatu
harus disampaikan tanpa menambah atau mengurangi sesuatu.
Iman kepada rasul menumbuhkan:
a)
Pengetahuan akan rahmat Allah yang diberikan kepada
manusia
b)
Sikap dan perilaku syukur atas rahmat tersebut.
c)
Kecintaan dan kehormatan yang patut bagi mereka dan
d)
Semangat untuk mengikuti petunjuk yang dibawa agar
mendapat kebahagiaan hidup.
5. Iman kepada
hari kiamat atau hari Akhir
Iman kepada hari kiamat berarti
pembenaran atau penerimaan yang pasti akan kedatangannya dan mengamalkan
konsekuensinya. Iman kepada hari akhir mencakup kepada (a) tanda-tanda hari
akhir,(b) tiupan sangkakala dan kematian manusia, (c) alam barzah: kenikmatan
dan sisksa didalamnya, (d) kiamat atau bangkitnya manusia dari kubur, (e)
mahsyar atau tempat berkumpul manusia, (f) ‘ardh atau menghadap Allah, (g)
kitab catatan amal, (h) mizan atau timbangan amal, (i) shirat atau titian
diatas neraka, (j) haudh atau telaga, (k) syafaat atau pertolongan Allah, dan
(l)surga atau neraka.
Al-Quran sangat memperhatikan
terhadap hari akhir. Diantara perhatian tersebut adalah bahwa:
a)
Al-Quran hampir selalu mengaitkan iman kepada Allah
dengan iman kepada hari Akhir
b)
Al-quran memberikan nama yang bermacam-macam kepada
hari akhir, salah satunya Al-haqqah (yang benar-benar terjadi).
6. Iman kepada
Qadha’ dan Qadar (takdir Allah)
Iman kepada Qadha’ dan Qadar
berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa Allah telah menentuka
sesuatu yang terjadi pada makhlukNya. Tidak ada seseorangpun yang tahu takdir
yang akan terjadi padanya. Oleh karena itu, iman kepada takdir membangkitkan
seseorang untuk berusaha mencari takdir yang baik, memperkuat tawakal seseorang
kepada Allah, dan menjadikan seseorang bersabar bila mendapat musibah, tidak
sombong bila mendapatkan kenikmatan, dan tidak menyalahkan takdir ketika
terlanjur melakukan maksiat. [3]
Dengan
mempercayai Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para rosul-Nya, hari
akhir atau hari kiamat, dan takdir Allah, sesungguhnya kita telah melaksanakan
enem rukun iman. Enam perkara yang menjadi rukun iman itu tidak cukup hanya dengan
dihafal. Namun, kita harus manpu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dengan memercayai
Allah SWT., kita akan memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan kita didunia
akan mendapat balasannya yang setimpal nanti di akhirat . perbuatan baik akan
dibalas dengan kebaikan, sebaliknya perbuatan yang buruk akan dibalas pula
dengan sesuatu yang buruk. Dengan percaya kepada para malaikat-Nya, kita akan
selalu menyadari disamping kita ada malaikatyang selalu mencatat dan mengawasi
semua yang klita lakukan. Dengan mempercayai adanya hari kiamat, maka kita akan
selalu mengingat adanya hari pembalasan yang pasti terjadi. Diantaranya
ciri-ciri orang beriman adalah sebagai yang diterangkat ayat berikut.
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: “
sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya pada mereka,
bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada tuhan mereka bertawakal.”[4]
Keimanan adalah sesuatu yang harus
terus-menerus harus kita pupuk agar tetap kukuh dalam kehidupan kita. Jika hal
itu tidak kita lakukan, tidak mustahil kadar dan kualitas keimanan dalam diri
kita akan menurun. Beriman tidak cukup hanya sekedar ucapan. Beriman harus
meliputi pembenaran dalam hati ( tashdiqbi al-qalbi), di ucapkan dengan
lisan (iqrar bi al-lisani), dan diamalkan dalam perbuatan nyata (‘amal
bi al-jawarih).
Nabi muhammad saw. Menjelaskan bahwa
kadar keimanan seseorang bisa bertambah dan berkurang. Tidak mustahil orang
yang dipandang saat ini memiliki kadar keimanan yang tinggi sewaktu saat akan
melakukan perbuatan yang akan mengurangi kadar keimanan tersebut.tidak mustahil
juga seseorang yang dipandang jahat.suatu saat akan berubah menjadi orang baik.
[5]
2.
Pengertian islam
Kata islam berasal dari bahasa
arab aslama yang berarti berserah diri, yakni berserah diri semata
karena Allah SWT. Agar dapat keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Umat islam
tidak boleh mengabaikan kehidupan di dunia, sebagaimana mereka tidak boleh
mengabaikan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia adalah bekal kita untuk menata
kehidupan diakhirat. Bila kita tidak dapat menata kehidupan di dunia,
sesungguhnya bagaimana kelek kehidupan kita diakhirat tercermin dari apa yang
kita lakukan di dunia ini.
Berserah
diri kepada Allah SWT. Berarti menerima semua yang menjadi ketentuan Allah SWT.
Dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi setiap yang Allah SWT.
Larang. Harus kita yakini bahwa yang semua Allah SWT. perintahkan adalah demi kemaslahatan bagi kehidupan kita.
Sebaliknya setiap yang Allah SWT. Larang atau haramkan pasti ada keburukan di
dalamnya. Keburukan itu selain menimpa pelakunya dapat pula menimpa orang lain.
Dengan demikian, bila ada orang yang mengaku beragam islam, tetapi perbuatannya
tidak menunjukkan keberserahdirian kepada Allah SWT. Dengan melanggar setiap
perintahnya, sesungguhnya dia bukanlah orang islam dalam pengertian yang
sebenar-benarnya.
Berikut
pengertian islam berdasarkan sebuah hadis. “islam adalah engkau mempersaksikan
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan
Salar, menunaikan zakat, berpuasa dibulan rahmadan, dan pergi haji ke baitullah
bila engkau mampu melaksanakannya.” (HR Muslim)
Menurut
hadits tersebut, islam adalah persaksian terhadap Allah SWT. Dan Nabi Muhammad
saw. Sebagai rosul-Nya, mendirikan salat, membayar zakat, puasa dibulan
Ramadan, dan berhaji. Namun, kelima
kelima hal ini tidak akan bermanfaat bila kita tidak melaksanakannya dengan
sungguh-sungguh. Banyak sekali orang yang berpuasa di bulan ramadan, tetapi tidak
memiliki kepedulian terhadap sesamanya yang membutuhkan. Akhirnya, yang dia
dapatka hanya rasa lapar dan dahaga karena menahan makan dan minum. Begitu
juga, banyak sekali orang yang mendirikan salat, tetapi masih berbuat
kejahatan. Misalnya, jika ujian masih mencontek.
وَأَقِمِ
الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya:
“ dan laksanakanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan)
keji dan mungkar.” [6]
Berdasarkan
ayat diatas, wajib bagi kita untuk senantiasa untuk memaknai rukun islam
sehingga kita mendapatkan manfaatnya dalam kehidupan kita. Kalau kita tidak mau
memaknainya, maka semua itu tidak akan ada manfaatnya. Kita hanya merasa berat
melakukan kewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga orang-orang munafik yang
meskipun melaksanakan salat, tetapi sesungguhnya mereka malas untuk
melakukannya.
3.
Pengertian ihsan
Kata ihsan berasal
dari bahasa arab ahsana yang berarti berbuat baik. Pengertian ihsan
sebagaimana yang telah nabi saw. Ajarkan dalam sebuah hadis adalah sebagai
berikut.
Artinya: “engkau
menyembah atau beribadah pada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Dan bila
engkau tidak dapat melihatnya sesungguhnya Allah melihat engkau.”
Maksud hadis
diatas, kita harus memiliki kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan dalam
kehidupan ini selalu dalam pantauan dan pengetahuan Allah SWT. Bila kita
melakukan suatu perbuatan dan merasa dalam pantauan dan perhatian orang lain,
pasti kita akan melakukan perbuatan itu secara lebih baik dibandingkan ketika
kita melakukannya tanpa ada orang yang memperhatikan. Bila kita salat
berjamaah, maka kita akan melakukannya lebih baik dari pada ketika sendiri.
Kita sering membeli baju bagus, sepatu bagus, dan semua yang bagus-bagus karena
kita ingin dilihat orang. Kalu sedang sendiri, kita enggan untuk memakai yang
bagus-bagus tadi.
Dalam ihsan,
ketika kita beribadah atau melakukan perbuatan baik kita dianjurkan seolah-olah
melihat Allah SWT. Seandainya kita tidak mampu melakukannya, kita harus yakin
bahwa tuhan selalu mengawasi dan melihat apa yang kita lakukan. Hal ini
dimaksudkan agar tumbuh keinginan atau motivasi yang lebih besar untuk terus
melakukan perbuatan baik, untuk mendapatkan balasan kebaikan pula dari Allah
SWT. [7]
Allah SWT.
Berfirman.
هَلْ
جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: “tidak ada
balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” [8]
B.
Hubungan iman, islam dan ihsan
Iman,
islam dan ihsan adalah bagian utama dalam agama tak sempurna agama seseorang
bila tidak menyempurnakan iman, islam dan ihsan dalam kehidupannya. Iman, islam
dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah seseorang. Keyakinan
tersebut harus diwukudkan melalui pelaksanaan ke lima rukun islam. Dengan
demikian, beriman tanpa melaksanakan rukun islam adalah sia-sia. Setiap orang
yang mengaku beriman, semestinya juga melakukan rukun islam.
Untuk melaksanakan kelima rukun islam itu
dengan baik maka harus dilakukan dengan cara ihsan. Cara ihsan dengan merasakan
seolah olah melihat Allah SWT. Seandainyapun tidak bisa dilakukan maka sungguh
tidak ada keraguan bahwa Allah SWT. Selalu melihat perbuatan kita. Kesadaran
bahwa Allah SWT. Selalu melihat setiap perbuatan yang kita lakukan, terutama
yangberkaitan dengan pelaksanaan rukun islam, maka kita akan melaksanakan rukun
islam itu dengan kesungguhan untuk mendapatkan ridhonya. Dengan kata lain,
ihsan sesungguhnya merupakan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Untuk mempelajari iman, islam dan ihsan para
ulama’ mengelompokkannya dalam tiga cabang ilmu agama. Rukun islam berupa
prakit amal lahiriyah disusun dalam ilmu fiqih, yaitu ilmu yang berkaitan
dengan perbuatan manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari dalam ilmu tauhid
atau teologi yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sementara untuk
mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah masuk dalam bidang ilmu tasawuf.
Setiap
umat islam harus meyakini bahwa pengetahuan Allah SWT. adalah pengetahuan yang
tiada batasnya. Pengetahuan AllahSWT. meliputi segala hal yang meliputi muka
bumi dan langit, hal yang tersembunyi, samar, maupun tampa dengan jelas. Allah
SWT. Berfirman.
.....وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا.....
Artinya:
“...tidak ada sehelai daunpun yang gugur yng tidak diketahuainya...” (QS
Al-Anam/6:59)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Iman secara
bahasas berarti percaya, yaitu mempercayai keberadaan Allah SWT, para malaikat,
kitab-kitab Allah, para rosul, hari kiamat dan takdir atau ketentuan Allah SWT
bagi setiap makhluknya.
2. Islam secara
bahasa berarti berserah diri hanya kepada Allah SWT dengan mengikuti segala
perintah dan menjauhi larangan-larangannya. Islam meliputi lima perkara, yaitu
bersakasi bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT dan nabi Muhammad SAW adalah
rosul-Nya, mendirikan salat. Membayar zakat, melaksanakan puasa dibulan ramadan
dan berhaji ke baitullah apabila mampu untuk melaksanakannya.
3. Ihsan secara
bahasa berarti berbuat baik atau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan
melihatnya. Bila tidak bisa dilakukan maka sesunggunya Allah SWT pasti
melihatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawiro,
Teguh. 2011. Akidah Akhlak. Jakarta : Yudhistira
Ristiyanto,
Sugeng. 2010. Tauhid kunci surga yang diremehkan. Semarang: RaSAIL Media
Group
[1] Teguh
prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. Hal12
[2] Al-Fatihah :5
[3] Drs. Sugeng
Ristiyanto, M.Ag. Tauhid kunci surga yang diremehkan. 2010. Semarang: RaSAIL
Media Group. Hal 112-131
[5] Teguh
prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. hal 14-15
[7] Teguh
prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. Hal 16
[8] Ar-Rahman:60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar