Sabtu, 09 April 2016

makalah Iman, Islam, dan Ihsan

           Iman, Islam, dan Ihsan
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu tauhid
Dosen pengampu : Drs. Soeparyo, M.Ag
logo uin.jpg
Disusun oleh :
1.      Qurotul ain                              (1503056076)
2.      Madinatul Munawaroh           (1503056094)
3.      Wahid             Hasyim                        (1503056099)

Pendidikan Matematika -1C






FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015





BAB I
PENDAHULUAN
Tak sempurna agama seseorang bila tidak menyempurnakan iman, islam dan ihsan dalam kehidupannya. Iman, islam dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah seseorang. Keyakinan tersebut harus diwukudkan melalui pelaksanaan ke lima rukun islam. Dengan demikian, beriman tanpa melaksanakan rukun islam adalah sia-sia. Setiap orang yang mengaku beriman, semestinya juga melakukan rukun islam.
Untuk melaksanakan kelima rukun islam itu dengan baik maka harus dilakukan dengan cara ihsan. Cara ihsan dengan merasakan seolah olah melihat Allah SWT. Seandainyapun tidak bisa dilakukan maka sungguh tidak ada keraguan bahwa Allah SWT. Selalu melihat perbuatan kita. Kesadaran bahwa Allah SWT. Selalu melihat setiap perbuatan yang kita lakukan, terutama yangberkaitan dengan pelaksanaan rukun islam, maka kita akan melaksanakan rukun islam itu dengan kesungguhan untuk mendapatkan ridhonya. Dengan kata lain, ihsan sesungguhnya merupakan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Rumusan masalah
1.         Apa pengertian iman, islam dan ihsan?
2.         Bagaimana hubungan iman, islam, dan ihsan?
Tujuan
1.         Mengetahui pengertian iman, islam dan ihsan
2.         Bagaimana hubungan iman, islam, dan ihsan



BAB II
PEMBAHASAN
A.         Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
1.    Iman
A.     Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa arab amana yang berarti percaya. Mempercayai keberadaan Allah SWT. Sebagai satu-satunya maha pencipta. Dengan mempercayai Allah SWT. Sebagai satu-satunya yang maha pencipta, maka tidak patut bagi kita untuk menyembah selain kepada-Nya. [1]
Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepadanya kita memohon pertolongan. Allah SWT. Berfirman:
 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya:
“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” [2]
   Menurut hadis yang telah diriwayatkan oleh umar, secara khusus iman berarti: “ memercayai Allah,para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, para utusan-Nya, hari akhir, dan mempercayai takdir baik dan buruk-Nya.
B.   Rukun Iman dan Hikmahnya
1.      Iman kepada Allah
Iman kepada Allah berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti akan wujud Allah, rububiyah Allah, asma’/ sifat Allah, dan Uluhiyah Allah.
Iman kepada Allah membawa muslim pada hal-hal berikut:
a)      Keyakinan akan pertolongan Allah bagi mukmin
b)      Keyakinan akan terwujudnya kehidupan yang baik,
c)      Sikap dan perilaku tawakal
d)      Keberuntungan dan kemenangan
e)      Mendapat hidayat dan ketenangan hati
           
2.      Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat berarti penerimaan atau pembenaran yang pasti akan (a) kebenaran Malaikat sebagai makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya, (b) keberadaan malaikat yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui nama mereka, (c) sifat-sifat malaikat, (d) tugas-tugas malaikat
Iman kepada Malaikat menimbulkan:
a.       Keyakinan akan kesempurnaan dan keagungan Allah.
b.      Semangat untuk beramal salih karena banyak sekali malaikat yang selalu taat kepada Allah.
c.       Istiqomah dalam beramal salih karena setiap amal dicatat oleh malikat.
d.      Sikap dan perilaku waspada akan tipu daya setan dan kehidupan dunia ketika kita ingan malakul maut.
e.       Sikap dan perilaku syukur kepada Allah karena kita selalu dijaga oleh Malaikat utusan Allah.
3.      Iman Kepada Kitab-Kitab
Iman kepada kitab-kitab berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa (a) Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada rosulNya untuk disampaikan kepada manusia, (b) kitab-kitab tersebut merupakan kalamullah (firman Allah) iman kepada rosul yang dengan kitab-kitab tersebut Allah berbicara kepada hamba-hambaNya, dan (c) kitab-kitab tersebut berisi kebenaran dan petunjuk bagi manusia untuk kebaikan hidup mereka di dunia dan di akhirat.
Kitab-kitab Allah diantaranya adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Kitab yang terakhir diturunkan Allah adalah Al-Quran. Diantara keistimewaan Al-Quran adalah:
a)      Berisi hukum-hukum Allah dan membenarkan Kitab-kitab terdahulu.
b)      Semua manusia berpegang teguh kepada Al-Quran dan mengamalkan hukum-hukum yang ditetapkan; hal ini berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya khusus bagi para umat Rosul tertentu.
c)      Kemurnian al-Quran mendapat jaminan dari Allah melalui tangan Nabi, sahabat, ulama dan umat islam yang setia.
4.      Iman kepada Rosul-rosul
Iman kepada rosul berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa (a) Allah mengutus bagi setiap umat Rosul dari mereka yang menyeru mereka supaya beribadah kepada Allah saja dan menjauhi Taghut, (b) para rasul yang diutus merupakan hamba Allah yang jujur dan bertakwa dan (c) para rasul menyampaikan kepada manusia segala sesuatu harus disampaikan tanpa menambah atau mengurangi sesuatu.
Iman kepada rasul menumbuhkan:
a)      Pengetahuan akan rahmat Allah yang diberikan kepada manusia
b)      Sikap dan perilaku syukur atas rahmat tersebut.
c)      Kecintaan dan kehormatan yang patut bagi mereka dan
d)      Semangat untuk mengikuti petunjuk yang dibawa agar mendapat kebahagiaan hidup.
5.      Iman kepada hari kiamat atau hari Akhir
Iman kepada hari kiamat berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti akan kedatangannya dan mengamalkan konsekuensinya. Iman kepada hari akhir mencakup kepada (a) tanda-tanda hari akhir,(b) tiupan sangkakala dan kematian manusia, (c) alam barzah: kenikmatan dan sisksa didalamnya, (d) kiamat atau bangkitnya manusia dari kubur, (e) mahsyar atau tempat berkumpul manusia, (f) ‘ardh atau menghadap Allah, (g) kitab catatan amal, (h) mizan atau timbangan amal, (i) shirat atau titian diatas neraka, (j) haudh atau telaga, (k) syafaat atau pertolongan Allah, dan (l)surga atau neraka.
Al-Quran sangat memperhatikan terhadap hari akhir. Diantara perhatian tersebut adalah bahwa:
a)    Al-Quran hampir selalu mengaitkan iman kepada Allah dengan iman kepada hari Akhir
b)   Al-quran memberikan nama yang bermacam-macam kepada hari akhir, salah satunya Al-haqqah (yang benar-benar terjadi).
6.      Iman kepada Qadha’ dan Qadar (takdir Allah)
Iman kepada Qadha’ dan Qadar berarti pembenaran atau penerimaan yang pasti bahwa Allah telah menentuka sesuatu yang terjadi pada makhlukNya. Tidak ada seseorangpun yang tahu takdir yang akan terjadi padanya. Oleh karena itu, iman kepada takdir membangkitkan seseorang untuk berusaha mencari takdir yang baik, memperkuat tawakal seseorang kepada Allah, dan menjadikan seseorang bersabar bila mendapat musibah, tidak sombong bila mendapatkan kenikmatan, dan tidak menyalahkan takdir ketika terlanjur melakukan maksiat. [3]

       Dengan mempercayai Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para rosul-Nya, hari akhir atau hari kiamat, dan takdir Allah, sesungguhnya kita telah melaksanakan enem rukun iman. Enam perkara yang menjadi rukun iman itu tidak cukup hanya dengan dihafal. Namun, kita harus manpu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dengan memercayai Allah SWT., kita akan memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan kita didunia akan mendapat balasannya yang setimpal nanti di akhirat . perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya perbuatan yang buruk akan dibalas pula dengan sesuatu yang buruk. Dengan percaya kepada para malaikat-Nya, kita akan selalu menyadari disamping kita ada malaikatyang selalu mencatat dan mengawasi semua yang klita lakukan. Dengan mempercayai adanya hari kiamat, maka kita akan selalu mengingat adanya hari pembalasan yang pasti terjadi. Diantaranya ciri-ciri orang beriman adalah sebagai yang diterangkat ayat berikut.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: “ sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya pada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada tuhan mereka bertawakal.”[4]
            Keimanan adalah sesuatu yang harus terus-menerus harus kita pupuk agar tetap kukuh dalam kehidupan kita. Jika hal itu tidak kita lakukan, tidak mustahil kadar dan kualitas keimanan dalam diri kita akan menurun. Beriman tidak cukup hanya sekedar ucapan. Beriman harus meliputi pembenaran dalam hati ( tashdiqbi al-qalbi), di ucapkan dengan lisan (iqrar bi al-lisani), dan diamalkan dalam perbuatan nyata (‘amal bi al-jawarih).
            Nabi muhammad saw. Menjelaskan bahwa kadar keimanan seseorang bisa bertambah dan berkurang. Tidak mustahil orang yang dipandang saat ini memiliki kadar keimanan yang tinggi sewaktu saat akan melakukan perbuatan yang akan mengurangi kadar keimanan tersebut.tidak mustahil juga seseorang yang dipandang jahat.suatu saat akan berubah menjadi orang baik. [5]

2.         Pengertian islam
Kata islam berasal dari bahasa arab aslama yang berarti berserah diri, yakni berserah diri semata karena Allah SWT. Agar dapat keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Umat islam tidak boleh mengabaikan kehidupan di dunia, sebagaimana mereka tidak boleh mengabaikan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia adalah bekal kita untuk menata kehidupan diakhirat. Bila kita tidak dapat menata kehidupan di dunia, sesungguhnya bagaimana kelek kehidupan kita diakhirat tercermin dari apa yang kita lakukan di dunia ini.
Berserah diri kepada Allah SWT. Berarti menerima semua yang menjadi ketentuan Allah SWT. Dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi setiap yang Allah SWT. Larang. Harus kita yakini bahwa yang semua Allah SWT. perintahkan  adalah demi kemaslahatan bagi kehidupan kita. Sebaliknya setiap yang Allah SWT. Larang atau haramkan pasti ada keburukan di dalamnya. Keburukan itu selain menimpa pelakunya dapat pula menimpa orang lain. Dengan demikian, bila ada orang yang mengaku beragam islam, tetapi perbuatannya tidak menunjukkan keberserahdirian kepada Allah SWT. Dengan melanggar setiap perintahnya, sesungguhnya dia bukanlah orang islam dalam pengertian yang sebenar-benarnya.
Berikut pengertian islam berdasarkan sebuah hadis. “islam adalah engkau mempersaksikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan Salar, menunaikan zakat, berpuasa dibulan rahmadan, dan pergi haji ke baitullah bila engkau mampu melaksanakannya.” (HR Muslim)
Menurut hadits tersebut, islam adalah persaksian terhadap Allah SWT. Dan Nabi Muhammad saw. Sebagai rosul-Nya, mendirikan salat, membayar zakat, puasa dibulan Ramadan, dan berhaji. Namun,  kelima kelima hal ini tidak akan bermanfaat bila kita tidak melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Banyak sekali orang yang berpuasa di bulan ramadan, tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap sesamanya yang membutuhkan. Akhirnya, yang dia dapatka hanya rasa lapar dan dahaga karena menahan makan dan minum. Begitu juga, banyak sekali orang yang mendirikan salat, tetapi masih berbuat kejahatan. Misalnya, jika ujian masih mencontek.
وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Artinya: “ dan laksanakanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” [6]
Berdasarkan ayat diatas, wajib bagi kita untuk senantiasa untuk memaknai rukun islam sehingga kita mendapatkan manfaatnya dalam kehidupan kita. Kalau kita tidak mau memaknainya, maka semua itu tidak akan ada manfaatnya. Kita hanya merasa berat melakukan kewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga orang-orang munafik yang meskipun melaksanakan salat, tetapi sesungguhnya mereka malas untuk melakukannya.





3.         Pengertian ihsan
Kata ihsan berasal dari bahasa arab ahsana yang berarti berbuat baik. Pengertian ihsan sebagaimana yang telah nabi saw. Ajarkan dalam sebuah hadis adalah sebagai berikut.

Artinya: “engkau menyembah atau beribadah pada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Dan bila engkau tidak dapat melihatnya sesungguhnya Allah melihat engkau.”
Maksud hadis diatas, kita harus memiliki kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini selalu dalam pantauan dan pengetahuan Allah SWT. Bila kita melakukan suatu perbuatan dan merasa dalam pantauan dan perhatian orang lain, pasti kita akan melakukan perbuatan itu secara lebih baik dibandingkan ketika kita melakukannya tanpa ada orang yang memperhatikan. Bila kita salat berjamaah, maka kita akan melakukannya lebih baik dari pada ketika sendiri. Kita sering membeli baju bagus, sepatu bagus, dan semua yang bagus-bagus karena kita ingin dilihat orang. Kalu sedang sendiri, kita enggan untuk memakai yang bagus-bagus tadi.
Dalam ihsan, ketika kita beribadah atau melakukan perbuatan baik kita dianjurkan seolah-olah melihat Allah SWT. Seandainya kita tidak mampu melakukannya, kita harus yakin bahwa tuhan selalu mengawasi dan melihat apa yang kita lakukan. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh keinginan atau motivasi yang lebih besar untuk terus melakukan perbuatan baik, untuk mendapatkan balasan kebaikan pula dari Allah SWT. [7]
Allah SWT. Berfirman.
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: “tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” [8]

B.          Hubungan iman, islam dan ihsan
Iman, islam dan ihsan adalah bagian utama dalam agama tak sempurna agama seseorang bila tidak menyempurnakan iman, islam dan ihsan dalam kehidupannya. Iman, islam dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah seseorang. Keyakinan tersebut harus diwukudkan melalui pelaksanaan ke lima rukun islam. Dengan demikian, beriman tanpa melaksanakan rukun islam adalah sia-sia. Setiap orang yang mengaku beriman, semestinya juga melakukan rukun islam.
    Untuk melaksanakan kelima rukun islam itu dengan baik maka harus dilakukan dengan cara ihsan. Cara ihsan dengan merasakan seolah olah melihat Allah SWT. Seandainyapun tidak bisa dilakukan maka sungguh tidak ada keraguan bahwa Allah SWT. Selalu melihat perbuatan kita. Kesadaran bahwa Allah SWT. Selalu melihat setiap perbuatan yang kita lakukan, terutama yangberkaitan dengan pelaksanaan rukun islam, maka kita akan melaksanakan rukun islam itu dengan kesungguhan untuk mendapatkan ridhonya. Dengan kata lain, ihsan sesungguhnya merupakan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
    Untuk mempelajari iman, islam dan ihsan para ulama’ mengelompokkannya dalam tiga cabang ilmu agama. Rukun islam berupa prakit amal lahiriyah disusun dalam ilmu fiqih, yaitu ilmu yang berkaitan dengan perbuatan manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari dalam ilmu tauhid atau teologi yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sementara untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah masuk dalam bidang ilmu tasawuf.
Setiap umat islam harus meyakini bahwa pengetahuan Allah SWT. adalah pengetahuan yang tiada batasnya. Pengetahuan AllahSWT. meliputi segala hal yang meliputi muka bumi dan langit, hal yang tersembunyi, samar, maupun tampa dengan jelas. Allah SWT. Berfirman.
.....وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا.....
Artinya: “...tidak ada sehelai daunpun yang gugur yng tidak diketahuainya...” (QS Al-Anam/6:59)



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Iman secara bahasas berarti percaya, yaitu mempercayai keberadaan Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab Allah, para rosul, hari kiamat dan takdir atau ketentuan Allah SWT bagi setiap makhluknya.
2.      Islam secara bahasa berarti berserah diri hanya kepada Allah SWT dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangannya. Islam meliputi lima perkara, yaitu bersakasi bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT dan nabi Muhammad SAW adalah rosul-Nya, mendirikan salat. Membayar zakat, melaksanakan puasa dibulan ramadan dan berhaji ke baitullah apabila mampu untuk melaksanakannya.
3.      Ihsan secara bahasa berarti berbuat baik atau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan melihatnya. Bila tidak bisa dilakukan maka sesunggunya Allah SWT pasti melihatnya.



DAFTAR PUSTAKA

Prawiro, Teguh. 2011. Akidah Akhlak. Jakarta : Yudhistira
Ristiyanto, Sugeng. 2010. Tauhid kunci surga yang diremehkan. Semarang: RaSAIL Media Group





[1] Teguh prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. Hal12
[2] Al-Fatihah :5
[3] Drs. Sugeng Ristiyanto, M.Ag. Tauhid kunci surga yang diremehkan. 2010. Semarang: RaSAIL Media Group. Hal 112-131
[4] Al-Anfal:2
[5] Teguh prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. hal 14-15
[6] Al-Ankabut:45
[7] Teguh prawiro, M.Ag. AKIDAH AKHLAK. 2011. Jakarta: Yudhistira. Hal 16
[8] Ar-Rahman:60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar