Sabtu, 09 April 2016

MAKALAH KARAKTERISTIK AKIDAH ISLAM

MAKALAH
KARAKTERISTIK AKIDAH ISLAM

Disusun Guna Memenuhi  Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Drs. Soeparyo, M.Ag







           








            Disusun oleh :
Shofiyya Maulina              (1503056073)
Dita Septian Ningrum      (1503056075)
Rizqi Kurina Rohman      (1503056098)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN  KEGURUAN
 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG 2015
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang dapat menyelamatkan dunia yang trepecah-pecah dalam berbagai bagian. Perpecahan yang dengan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran Islam, karena ruang lingkupnya sangat luas. Untuk mengkaji secara rinci karakteristik ajaran Islam perlu ditelusuri, mulai dari risalah Allah terakhir dan manjadi agama yang diridlai Allah, untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Karakteristik yang dimiliki islam, yakni karakteristik ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu. Karakteristik ajaran Islam adalah karakter yang harus dimiliki oleh umat muslim yang berdasarkan dengan al-quran dan hadits dalam berbagai bidang ilmu ,kebudayaan,pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, disiplin ilmu, aqidah, dan berbagai macam ilmu khusus. Kedua sumber ini telah menjadi pedoman hidup bagi setiap umat islam. Aspek-aspek sumber kehidupan ini diberi karakter tersendiri dalam berbagai ilmu penetahuan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, aqidah, dan disiplin ilmu untuk sepanjang masa.
Maka dari itu, kali ini kami akan membahas tentang karakteristik aqidah islam yang meliputi Tauqifiyyah, Ghaibiyyah, dan Shumuliyyah. Pengertian aqidah sendiri adalah keyakinan hati atau bisa disebut dengan iman atas segala sesuatu.





B.     Rumusan Masalah
Masalah – masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1.         Bagaimanakah pengertian tauqifiyah?
2.         Bagaimanakah pengertian ghaibiyah?
3.         Bagaimanakah pengertian shumuliyah?

C.    Tujuan
Tujuan dan harapan penulisan makalah kami yang bertema “Pengalaman Batin dalam Tassawuf” adalah sebagai berikut :
1.       Mengetahui pengertian tauqifiyah
2.       Mengetahui pengertian ghaibiyah
3.       Mengetahui pengertian shumuliyah












BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Pengertian Tauqifiyah
Aqidah yang bersifat tauqifiah (terbatas pada wahyu), tidak ada tempat untuk pandapat dan ijtihad di dalamnya.
Hal itu karena aqidah yang benar haruslah terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya, karenanya rujukan dan asalnya juga harus sesuatu yang bisa dipastikan kebenarannya, dan sifat seperti ini (dipastikan kebenarannya) tidak bisa ditemukan kecuali pada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya SAW yang shahih.
Allah Ta’ala berfirman, “Kalau kelak datang kepada kalian hidayah dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti hidayah-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 23) Maka Allah menjadikan keselamatan dan kebahagiaan -dalam aqidah dan selainnya- hanya pada apa yang Dia datangkan berupa Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan barangsiapa yang mengikuti selain keduanya maka baginya kecelakaan yang nyata.
Karenanya semua perkara yang bersifat dugaan seperti kias, akal, anggapan baik, eksperimen- tidak bisa dijadikan rujukan dalam aqidah, apalagi kalau dia hanyalah khayalan dan khurafat seperti mimpi-mimpi dan ucapan seseorang yang jahil.
Contoh aqidah tauqifiyah:
1.     

B.       Pengertian Ghaibiyah
Aqidah ghaibiyah (berkenaan dengan masalah ghaib). Kata ghaibiyah adalah kata yang dinisbatkan pada kata ghaib yaitu apa yang tidak bisa di tangkap oleh pancaindra. Karna pancaindra adalah jendela akal dari memperoleh pengetahuan. Allah berfirman :
Artinya :  “dan Dialah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Sangat sedikitlah kamu bersyukur (Al-Mu’minun : 78)
Karena itu apa yang tidak bisa di tangkap oleh pancaindra tidak dapat dinalar akal kecuali hanya secara umum dengan menganalogikan yang ghaib dengan yang tampak oleh pancaindra. Dengan cara ini kita dapat melakukan penalaran parsial, kemudian penalaran parsial ini disinkronisasikan untuk menetapkan hukum-hukum rasional kolektif. sebab tanpa itu, setiap kita hanya dapat menalar, misalnya, rasa sakit yang menimpanya.
Ketika kita mengatakan bahwa salah satu spesifikasi aqidah islam adalah keghaiban, itu sama sekali tidak berarti bahwa semua muatan aqidah bersifat ghaib dan tidak dapat ditangkap pancaindra dan akal. Tetapi maksudnya adalah bahwa salah satu spesifikasi aqidah islam adalah bahwa ia percaya kepada apa yang ghaib seperti yang difirmankan oleh Allag dalam surah (Al-Baqarah : 1-3)

Artinya : Alif Lam Mim. Kitab (Al-quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriiman kepada yang  ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkan sebagian rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka.
Di sini Allah menyatakan bahwa salah satu sifat yang paling menonjol orang-orang yang beriman yang dijadikan sebagai pembuka kitab-Nya yang mulia adalah beriman kepada yang ghaib.
Iman kepada yang ghaib merupakan spesifikasi fitrah manusia. Penalaran terhadap realitas fisik merupakan kemampuan yang dimiliki secara bersama oleh manusia dan binatang. Bahkan penalaran metafisik sudah mmerupakan instink yang tertanam dalam fitrah manusia. Inilah yang kini sebut dorongan keingintahuan. Di zaman ini kita menyaksikan betapa tinggi nilai instink ini dimana ia telah menjadi faktor pemicu penemuan-penemuan ilmiah, sehingga manusia modern dapat menikmati segitu banyak kekayaan alam.

contoh aqidah ghaibiyah:
1.                    


C.      Pengertian Syumuliyah
Arti syumuliyah adalah integralitas dimensi substansi dan aplikasi. Dimensi substansi berarti bahwa aqidah ini mempunyai persepsi yang integral tentang masalah-masalah besar manusia dimana banyak manusia yang tersesat dalam mencari dan memahaminya seperti persepsi tentang tuhan manusia, alam dan kehidupan.
Allah-lah yang meciptakan seluruh mahkluk, mengaturnya dengan system yang sempurna, sekaligus menetukan akhir bagi eksistensinya. Allah berfirman :
Surah Al Mulk ayat 1-5:
 Bila anda mencoba meneliti alam untuk menemukan celah-celah kelemahan dan struktur penciptaannya, anda hanya akan meletihkan pandangan mata anda. Sebab anda tidak akan menemukan sedikitpun dari apa yang anda cari. Alam – dengan segala substansinya – adalah salah satu saksi kebesaran dan keagungan Ilahi.
Dalam alam besar itu manusia hanya merupakan  salah satu ciptaan Allah. Tetapi ciptaan terakhir ini telah di berikan kedudukan dan kehormatan tersendiri, yakni kemampuan menggali dan memanfaatkan hasil-hasil bumi untuk kepentingan manusia. Namun demikian, manusia tetaplah makhluk yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain kekuatan yang di berikan Allah – Tuhan semesta alam – kepadanya. Maka diantara konsekuensi ketuhanan Allah adalah keharusan manusia untuk tanduk dan menyerahkan diri kepada Allah, melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya serta mengatur kehidupannya dengan sistem agama Allah.
Allah adalah sembahan yang benar kepada siapa manusia harus mengerahkan seluruh tenaga dan potensinya untuk menunaikan ibadah dan mensyukuri nikmat-Nya yang tak terhingga. Yaitu Tuhan yang mempunyai semua sifat kesempurnaan, bebas dari segala bentuk kekurangan dan apa saja yang bertentangan dengan kesempurnaan-Nya
Allah berfirman :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
Maka hubungan manusia dengan alam adalah hubungan pendayagunaan. Allah berfirman:

Artinya : ”Dan Dia menundukkan untuk mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah bagi yang berfikir)”. (Al-Jaatsiyah: 13)

Artinya : “Dia yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (Al-Mulk: 15)

Alam adalah panggung tempat manusia mementaskan fungsi khilafahnya, maka ia ditundukkan untuk menjamin keberlangsungan fungsi tersebut. Tetapi keduanya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang menciptakan segalanya dengan sempurna dan memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan makhluk-Nya untuk hidup dan bertahan hidup.







BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.                Kesimpulan
Tauqifiyah adalah aqidah yang terbatas pada wahyu. Maksudnya aqidah yang benar haruslah berdasarkan dengan al quran dan terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya.
Ghaibiyah merupakan aqidah yang berkenaan dengan masalah ghain. Yang di maksud adalah ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera.
Shumuliyah adalah aqidah yang mengembangkan apa yang sudah ada di bumi atau yang sudah kita ketahui atau memanfaatkan apa yang sudah di ciptakan oleh Allah untuk kehidupan manusia. Seperti contoh mngembangkan alam dengan cara membuat kayu menjadi meja.
B.                 Saran
Dengan makalah yang kami buat, kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada karakteristik aqidah Islam yang meliputi Tauqifiyah, Ghaibiyah, dan Shumuliyah.














DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayid. TT. Al- ‘Aqaid Islamiyah. Beirut: Darul Fikr.
Taimiyah, Ahmad. TT. Majma’ah at-Tauhid. Beirut: Darul Fikr.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar